Langsung ke konten utama

WASPADAI ANGPAU LEBARAN ANAK-ANAK!


Siapa sih yang tidak suka diberi angpau lebaran? sepertinya hampir semua orang suka ya diberi angpau lebaran. Kalau saya sih langsung berteriak, “Saya suka! Saya Suka!”.

Anak-anak bisa dikatakan orang paling bahagia dan mendadak kaya raya saat lebaran. Tapi sayangnya, saya bukan anak-anak lagi, jadi ga akan dapat angpau lebaran deh. Mentok-mentok nunggu THR-an, kalau ga dari kantor ya cukup lah dari suami juga. Itu pun pasti akan habis sebelum lebaran berlangsung.

Ah..sudahlah, masanya sudah berganti mak! Giliran anak-anak yang merasakan kebahagiaan dapat angpau lebaran. Sekarang mah emak-emak fokus sama harga-harga bahan pangan yang naik lagi menjelang puasa dan lebaran.  Fokus!Fokus!

Eh tapi,  emak-emak pasti akan lebih fokus hunting buat perlengkapan lebaran deh.  Baju baru, sepatu baru, mukena baru, cat rumah baru, gordyn baru, penampilan baru, semua deh serba baru. Bener kan mak? Ya, pokoknya  itu mah urusan emak-emak. Asal budget cukup, pasti emak bahagia. Tapi jangan lupaaa…ibadah Ramadhan nya ditingkatkan teruuuss…

Kita kembali ke masalah angpau lebaran.  Apakahan keberadaan angpau lebaran patut diwaspadai? Mmmh…kalau saya rasa sih iya. Selain harus waspada, orang tua juga harus cerdas dalam mengambil solusi.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diwaspadai terkait angpau lebaran anak-anak beserta solusinya.

1. Tingkat konsumerisme anak menjadi lebih tinggi.

Hal ini tidak dapat dihindari lagi karena uang yang diperoleh anak-anak jauh lebih besar dari uang jajan harian mereka. Alhasil anak-anak kalap dan ingin membeli segala rupa mulai dari makanan, mainan, bahkan mungkin dipakai untuk hal-hal yang bagi orang tua dianggap tidak penting. Anak-anak menganggap itu uang mereka ya bagaimana mereka.

Jika hal diatas terjadi,  coba beri pengertian kepada anak mengenai skala prioritas, sifat hemat, aktivitas menabung serta  beramal. Dengan skala prioritas anak belajar memanfaatkan uang yang diperoleh untuk keperluan sangat penting terlebih dahulu. Jangan lupa bantu anak untuk menentukan hal apa yang termasuk keperluan sangat penting beserta budgetnya. Jika ada lebihnya arahkan anak untuk menabung dan beri pengertian bahwa tabungannya akan bermanfaat kelak. Jangan lupa juga untuk mengingatkan pentingnya beramal dan beri pengertian bahwa di dalam rezeki kita juga ada rezeki orang lain.

2. Terjadi kecemburuan antar satu anak dengan yang lainnya

Moment yang paling seru biasanya saat menghitung angpau lebaran yang didapat. Antara satu anak dengan yang lain saling membandingkan jumlahnya dan tak jarang  terjadi kecemburuan. Padahal perbedaan jumlah juga terkadang terpengaruh dari usia sang anak. Misalnya jumlah yang diberikan kepada anak SD lebih kecil dari yang diberikan kepada anak usia SMP. Maksudnya sih supaya adil, tapi anak-anak menangkapnya lain.

Solusinya adalah biasakan anak untuk mengetahui kebutuhan sesuai usianya. Anak usia SD keatas biasanya sudah bisa diberi pengertian. Pengertian ini sebaiknya disampaikan secara perlahan dan bertahap dan tidak hanya pada saat lebaran. Pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari akan terbawa pada saat suasana lebaran.

3. Anak menjadi ketakutan uangnya hilang

Saking senangnya mendapatkan uang banyak dan banyak rencana yang mereka pikirkan mengenai penggunaan unag yang didapat, anak menjadi takut uangnya hilang atau berkurang. Bagi yang sudah mengerti nilai uang, kurang sedikit saja pasti mereka tahu. Sedangkan bagi yang belum mengerti nilai uang tapi sudah mengerti warna uang, hilangnya 1 warna uang pun mereka akan tahu. Tidak percaya? Nanti bisa dibuktikan sendiri ya.

Hal ini bisa diatasi dengan orang tua menawarkan bantuan sebagai agen penitipan uang. Yakinkan anak bahwa dengan dititipkan pada orang tua uang mereka aman. Selain membuat anak-anak tenang, orang tua juga bisa memantau arus keluar masuknya uang angpau lebaran.

4. Kesalahan presepsi mengenai nilai mata uang

Bagi anak yang belum mengerti nilai uang, menghitung jumlah biasanya hanya dari banyak lembarannya saja. Uang 2 ribu sebanyak 5 lembar kan lebih banyak dari pada uang 10 ribu sebanyak 1 lembar. Jadi semakin tebal lembaran yang didapat bisa diartikan itu lebih banyak.

Naah…hal seperti ini mungkin bisa dijadikan pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal nilai mata uang, terutama bagi anak usia TK. Sederhananya kita bisa membantu melalui warna mata uang dan angka atau gambar yang tertera pada uang.

5. Anak menjadi penagih atau meminta

Karena kegiatan berbagi angpau lebaran ini pada umumnya dilakukan rutin setiap tahun, maka anak-anak yang pernah mendapatkan angpau lebaran di tahun sebelumnya berani menagih atau meminta angpau kepada orang yang tahun sebelumnya memberi mereka. Mungkin kita bisa saja memaklumi tingkah polah anak tersebut. Tapi akan lebih baik jika anak-anak diingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut.

Selain kurang sopan, anak-anak juga sebaiknya diberi pengertian bahwa kebiasaan meminta sebaiknya dihindari. Angpau lebaran adalah rezeki yang diperoleh dari Alloh melalui orang yang memiliki kelebihan rezeki. Kondisi tersebut tidak akan sama setiap tahunnya. Maka dari itu bersyukurlah jika mereka mendapatkannya dan jangan meminta atau menagih jika mereka tidak diberi.

6. Angpau lebaran dipakai oleh orang tua

Hal ini mungkin jarang terjadi… tapi dapat saja terjadi kaan . Ada kalanya orang tua meminjam angpau lebaran yang dititip sang anak karena keperluan mendesak. Biasanya sih ya, kondisi uang yang masih baru, halus dan kinclong membuat orang tua tergoda untuk memakainnya terlebih dahulu untuk berbagi kepada anak lain.
Jika memang niatnya meminjam, tolong dikembalikan yaaa…mari menjadi orang tua yang amanah atas kepercayaan anak-anak kita.

Jadi kewaspadaan tidak hanya berlaku pada anak-anak saja, orang tua juga sebaiknya mewaspadai diri sendiri (bener ga ya kalimatnya ? hehe)

Naah…6 hal diatas adalah pendapat versi saya ya…mungkin emak yang lain pernah memiliki pengalaman yang berbeda? Boleeeh dooong di share juga.
Semoga angpau lebaran anak-anak kita nanti diperoleh dengan cara yang baik dan dapat dimanfaatkan dengan baik pula.
Semoga emak-emaknya juga kecipratan…#Eh… 😝
Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya...
Fokuuuss! Fokuuuuus!!

#cikiciiiwww!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERUSUHAN SAMPIT (DAYAK VS MADURA) SALAH SATU ANCAMAN “HUMAN SECURITY’

Oleh : Sintia Catur Sutantri (170820160009) A.    Faktor Pemicu Kerusuhan Sampit Kerusuhan yang terjadi di Sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa kerusuhan yang terjadi antara Suku Dayak dan Madura sejak berdirinya Kalimantan Tengah . Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, terma

HUBUNGAN ANTARA TEORI SISTEM DAN FUTUROLOGI

Oleh : Sintia Catur Sutantri (170820160009)   A.    TEORI SISTEM  Konsep sistem telah diambil oleh ilmu sosial dari ilmu pasti, secara khusus dari fisika yang yang berhubungan dengan materi, energi, gerak, dan kekuatan. Semua konsep ini lebih diarahkan pada suatu pengukuran yang pasti dan mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada yang mendefinisikan sistem dalam konteks pasti dan dalam persamaan matematis yang menjelaskan hubungan tertentu antara beberapa variabel. Namun konsep ini sangat sedikit diadopsi oleh para ahli dibidang sosial karena variabel-variabelnya sangat kompleks dan sering sangat multidimensional. Sistem merupakan kumpulan dari objek-objek bersama dengan hubungannya, antara objek-objek dan antara atribut mereka yang dihubungkan dengan satu sama lain dalam lingkungannya sehingga membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh (Whole).                                 T eori sistem umum pada awalnya diusulkan oleh ahli biologi bernama Ludwig von Berta

Manfaat Pencak Silat untuk Anak Usia Dini

"Anak saya masih TK, boleh ga ikut latihan bela diri?" "Duh anak saya aman ga ya kalau ikut latihan silat? Takutnya dia jadi suka pukul temannya." "Wah bahaya banget deh anak kecil udah ikut latihan silat?" Pertanyaan diatas adalah contoh kekhawatiran orang tua atau masyarakat pada umumnya tentang keikutsertaan anak usia dini dalam aktivitas beladiri, khususnya pencak silat. Padahal, pencak silat bukan sekedar bela diri. Ulasan manfaat pencak silat secara umum sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya. Silahkan kunjungi link http://cikizentukangetik.blogspot.co.id/2017/11/manfaat-silat-bukan-sekedar-untuk-bela.html?m=1 . Kali ini tulisan saya khusus mengulas manfaat pencak silat untuk anak usia dini. Saya mulai melatih pencak silat anak usia dini sejak tahun  2008 di  Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri . Tak terasa, ternyata sud ah hampir 10 tahun. Dalam perjalannya saya selalu belajar dari anak-anak dan orang tua mereka. B