"Duh anak saya aman ga ya kalau ikut latihan silat? Takutnya dia jadi suka pukul temannya."
"Wah bahaya banget deh anak kecil udah ikut latihan silat?"
Pertanyaan diatas adalah contoh kekhawatiran orang tua atau masyarakat pada umumnya tentang keikutsertaan anak usia dini dalam aktivitas beladiri, khususnya pencak silat. Padahal, pencak silat bukan sekedar bela diri. Ulasan manfaat pencak silat secara umum sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya. Silahkan kunjungi link http://cikizentukangetik.blogspot.co.id/2017/11/manfaat-silat-bukan-sekedar-untuk-bela.html?m=1. Kali ini tulisan saya khusus mengulas manfaat pencak silat untuk anak usia dini.
Saya mulai melatih pencak silat anak usia dini sejak tahun 2008 di Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri. Tak terasa, ternyata sudah hampir 10 tahun. Dalam perjalannya saya selalu belajar dari anak-anak dan orang tua mereka. Betul bahwa setiap anak itu unik, tidak bisa ditebak dan saat melatih mereka bagaikan naik roller coaster, kita tidak tahu kapan emosi akan naik maupun turun.
Sebelum saya melatih anak usia dini, saya biasa melatih mahasiswa. Hingga pada akhirnya saya merasa prihatin atas kekerasan yang sering terjadi diantara anak-anak serta berkurangnya minat anak-anak terhadap pencak silat sebagai bela diri Indonesia. Sejak saat itu saya bertekad untuk fokus melatih anak usia dini dengan tujuan mengenalkan pencak silat sebagai bela diri Indonesia serta mencegah tindakan kekerasan oleh anak-anak sejak dini.
Sebelum masuk ke dalam pembahasan, saya batasi pengertian anak usia dini berdasarkan pasal 28 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20/2003 ayat 1. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun.
Lalu bagaimana manfaat berlatih bela diri khususnya silat bagi anak usia dini berdasarkan karakteristik mereka?
Ada orang tua yang setuju mengikutsertakan anak-anaknya ke dalam aktivitas bela diri, ada juga yang justru merasa khawatir atau takut. Hal tersebut wajar saja karena bela diri identik dengan kekerasan. Kekhawatiran yang muncul biasanya karena takut anaknya akan mempraktikan hasil latihan silat kepada sesama atau khawatir anak-anaknya cedera karena benturan saat berlatih.
Jangan khawatir bu...pak...
Materi yang dilatihkan pada anak usia dini tentunya sudah dalam pemikiran yang panjang, dipertimbangkan dari berbagai sisi baik itu psikologi maupun fisik dan anatomi. Saya melatih anak usia 4 tahun keatas. Di usia tersebut anak cenderung lebih mudah diberi pengertian dan mudah diajak kerja sama.
Berikut ulasan manfaat pencak silat untuk anak-anak berdasarkan beberapa karakteristik anak usia dini yang saya ambil dari buku Perkembangan Peserta Didik karangan Syamsu Yusuf L.N dan Nani M Sugandhi (2013).
a. Keunikan pada Anak
Sifat anak yang unik terkadang membuat orang dewasa bingung dalam memilihkan aktifitas yang cocok untuk mereka. Mengikutsetakannya dalam aktifitas bela diri bisa menjadi salah satu solusi bagi orang tua. Beberapa kali saya temukan orang tua yang mengikutserkan anaknya ke dalam aktivitas pencak silat silat karena alasan :
- Sang anak dirasa memiliki energi yang berlebih sehingga membutuhkan wadah penyaluran energi yang positif.
- Sang anak seringkali tantrum atau melakukan kekerasan terhadap temannya sehingga perlu arahan yang tepat.
- Sang anak merupakan korban kekerasan dari temannya (bullying).
- Sang anak terlalu pendiam sehingga dirasa perlu aktivitas fisik yang memacu gerak serta berbaur dengan teman sebayanya.
Alasan-alasan tersebut dapat menunjukan bahwa anak itu unik. Setiap anak berbeda dalam segala hal.
Keunikan anak saat berlatih (bebas berekspresi) |
Keikutsertannya dalam pencak silat terutama dengan penanganan dan materi yang tepat akan memfasilitasi keunikan mereka. Keunikan itu tidak boleh dihilangkan, melainkan diarahkan.
b. Egosentris dan Spontan
Pemahaman anak yang egosentris, yaitu hanya pada sudut pandang mereka sendiri harus diarahkan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Tontonan anak-anak dari berbagai media elektronik seperti film, sinetron, youtube dan games online yang mengandung kekerasan bisa dengan cepat mereka serap secara spontan tanpa memikirkan hal lainnya. Akibatnya terjadi tindakan menyakiti teman atau berkelahi dengan teman.
Jika anak-anak sudah mulai sulit diatur karena egosentris mereka, saya biasakan relaksasi |
Keikutsertaan dalam pencak silat dapat membantu memberikan pemahaman mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru, mana yang membahayakan dan mana yang tidak membahayakan, mana yang baik dan mana yang tidak baik. Selain itu saya juga seringkali memberitahukan kepada anak mengenai bagian tubuh yang sangat berbahaya jika terkena pukulan atau tendangan. Hal ini disampaikan agar anak-anak tidak dengan mudah memukul atau menendang sesama.
c. Aktif dan energik
Anak yang sehat sudah dipastikan akan aktif dan energik. Orang tua seringkali keteteran menghadapi anak seperti ini. Jika tidak disalurkan kedalam aktivitas fisik yang baik, dikhawatirkan akan menimbulkan aktivitas negatif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Begitu banyak kegiatan yang bisa diikuti oleh anak-anak seperti menari, memanah, menggambar, sepak bola. Semua sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Namun silat bisa menjadikan aktivitas yang all in one karena di dalamnya selain berlatih fisik, anak-anak juga berlatih untuk fokus, meningkatkan daya ingat serta dibentuk mental dan spiritualnya.
Berlatih teknik Perisai Diri |
Latihan fokus didapat saat melakukan gerak pada rintangan atau memukul dan menendang tepat pada sasaran punching pad/ target. Melatih daya ingat didapat dari menghapalkan setiap gerakan atau teknik. Di Perisai Diri ada materi "solospel" dimana anak harus menghapal beberapa rangkaian gerak dan dilakukan selama 1 menit. Mental didapat dari semangat berkompetisi, anak harus siap menang maupun kalah. Spiritual didapat dari kegiatan melakukan salam pembuka khas Silat Perisai Diri kita yaitu "Salam Bunga Sepasang" serta berdo'a atau "hening" sebelum dan sesudah melakukan kegiatan latihan. "Salam Bunga Sepasang" memiliki filosofis spiritual dimana kita harus selalu mengingat Tuhan YME, sedangkan "hening" adalah kegiatan berdo'a yang pada intinya adalah memohon keselamatan dan manfaat kepada Tuhan YME dalam berlatih silat Perisai Diri.
Jadi walaupun anak-anak aktif dan energik, tetap saja mereka harus diimbangi dengan mental dan spiritual yang baik sehingga semua aktivitasnya terkontrol. Itulah yang dimiliki pencak silat sebagai budaya Indonesia.
Melakukan hening |
Jadi walaupun anak-anak aktif dan energik, tetap saja mereka harus diimbangi dengan mental dan spiritual yang baik sehingga semua aktivitasnya terkontrol. Itulah yang dimiliki pencak silat sebagai budaya Indonesia.
d. Rasa Ingin Tahu yang Kuat dan Antusias Terhadap Banyak Hal, Senang dan Kaya Fantasi, Serta Eksploratif
Setiap kali melatih, saya selalu memberikan waktu kepada anak-anak untuk bercerita dan bertanya tentang banyak hal, biasanya 10 sampai 15 menit sebelum hening penutup. Mulai dari cerita mengenai mainan kesukaan, aktivitas liburan, aktivitas di sekolah, sampai pertanyaan mengenai teknik dasar yang mereka anggap menarik.
Salah satu bentuk fantasi dan eksploratif anak |
Dalam sesi ini saya seringkali mengaitkan apapun dengan pencak silat. Saya juga seringkali menekankan bahwa pencak silat itu bela diri Indonesia yang sangat keren dan harus dilestarikan. Tidak lupa juga saya sampaikan sekilas sejarah pencak silat, khususnya Perisai Diri. Karena saya rasa cukup penting seorang anak mengetahui asal mula dari aktivitas yang diikutinya agar mereka menghargai dan mencintai aktivitas yang diikutinya.
Selanjutnya pertanyaan dan pernyataan unik akan terucap dari anak-anak. Hal ini bisa melatih mereka untuk bereksplorasi dan berimajinasi. Sebagai contoh, saat saya menceritakan mengenai arena pertandigan, mereka berpikir bahwa lawan kita itu adalah penjahat. Saat saya menyampaikan bahwa kita hanya boleh menendang dan memukul punching pad, bantal, atau bola, mereka menambahkan bahwa mereka juga boleh menendang dan memukul penculik.
Pemikiran mereka memang penuh dengan fantasi, maka tugas sebagai pelatih adalah meluruskannya dengan tetap memperhatikan batas pemikiran anak dengan cara sederhana.
e. Masih mudah frustasi dan Kurang Pertimbangan
Materi yang saya sampaikan saat melatih silat kepada anak usia dini lebih kepada kelincahan, kelenturan, teknik dasar dan games. Latihan sparing belum saya latihkan kepada mereka dikarenakan selain dari segi psikologis yaitu khawatir anak menjadi trauma, takut ataupun akan mempraktikan terhadap sesamanya, secara fisik juga tulang mereka belum kuat untuk menerima benturan. Walaupun berlatih menggunakan pelindung, resiko benturan tetap saja ada. Apalagi anak-anak belum bisa mengontrol emosi.
Berlomba melompati cones |
Dalam hal kompetisi, seperti balap lari, melompat, dan mengambil cone, beberapa anak yang kalah bisa saja menangis atau marah. Seringkali juga terjadi aksi berebut dan menyerobot antrean saat diminta baris/antre untuk menendang atau memukul punching pad, hingga akhirnya ada yang marah dan menangis karena terinjak atau tertabrak.
Disinilah peran pelatih untuk mengingatkan betapa pentingnya kompetisi, bahwa kita tidak selamanya menang. Selain itu kompetisi juga melatih kesungguhan, bahwa kalau ingin menang maka harus tertib dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
Anak bergantian menendang dan memukul punching pad |
Ketertiban sangat penting bagi anak-anak. Tertib berkaitan dengan saling menghargai, siapa yang terlebih dahulu siap dan mengikuti anturan, maka dia yang berhak terlebih dahulu menendang atau memukul punching pad. Jika ada yang berusaha menyerobot harus segera diingatkan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan lagi karena selain menjadi tidak rapi, efek lainnya bisa menyakiti teman. Dari hal-hal sederhana tersebut kita bisa mengajarkan pembiasaan yang positif yang akan terbawa di setiap aktivitas hidup anak-anak baik di sekolah maupun di rumah.
f. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan merupakan seorang peniru ulung. Sangat penting diberi pengertian mengenai batasan yang harus dia pelajari atau tiru. Saat melihat adegan kekerasan baik dari media elektronik maupun melihat langsung perilaku teman yang berbuat kasar, mereka bisa dengan mudah meniru dan menganggap hal tersebut adalah merupakan pengalaman menarik.
Oleh karena itu melalui aktivitas bela diri, seorang pelatih dan orang tua bisa bekerja sama memberikan arahan serta pantauan mengenai aktifitas anak-anak di tempat latihan dan di rumah.
Jika pencak silat merupakan ekstra kulikuler di sekolah, maka pihak sekolah bisa bekerja sama dengan pelatih untuk memantau dan mengarahkan aktivitas anak-anak selama di sekolah. Selain itu pihak sekolah juga bisa menjadikan materi pencak silat ini sebagai program pelestarian budaya bangsa.
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan merupakan seorang peniru ulung. Sangat penting diberi pengertian mengenai batasan yang harus dia pelajari atau tiru. Saat melihat adegan kekerasan baik dari media elektronik maupun melihat langsung perilaku teman yang berbuat kasar, mereka bisa dengan mudah meniru dan menganggap hal tersebut adalah merupakan pengalaman menarik.
Oleh karena itu melalui aktivitas bela diri, seorang pelatih dan orang tua bisa bekerja sama memberikan arahan serta pantauan mengenai aktifitas anak-anak di tempat latihan dan di rumah.
Menjadi ektrakulikuler di sekolah, anak-anak difasilitasi untuk tampil di tempat umum |
Jika pencak silat merupakan ekstra kulikuler di sekolah, maka pihak sekolah bisa bekerja sama dengan pelatih untuk memantau dan mengarahkan aktivitas anak-anak selama di sekolah. Selain itu pihak sekolah juga bisa menjadikan materi pencak silat ini sebagai program pelestarian budaya bangsa.
g. Semakin menunjukkan minat terhadap teman
Mendapatkan teman baru saat diluar rumah bisa menjadi sebuah kebahagiaan bagi anak-anak. Tidak jarang pula mereka mengidolakan beberapa temannya.
Karakteristik ini bisa dijadikan sarana untuk membentuk kepribadian anak. Di dalam pencak silat, kita bisa mengajarkan anak mengenai konsep kasih sayang, saling melindungi, bekerja sama, saling menghargai dan percaya diri.
Saya membiasakan anak untuk memimpin salah satu sesi latihan secara bergantian. Misalnya memimpin berdoa, pemanasan atau memberi aba-aba saat bergerak. Selain itu saya juga seringkali membuat konsep pertunjukan dimana ada penonton dan aktor. Aktor bertugas melakukan gerakan di hapadan teman-temannya. Teman yang lain menonton sang aktor dan memberikan semangat serta penghargaan berupa tepuk tangan.
Kegiatan diatas cukup efektif untuk membuat anak-anak bangga menjadi dirinya sendiri dan menghargai satu sama lain. Jadi semua teman dalam kelas silat merupakan idola mereka. Kalaupun diantara mereka ada yang dianggap tidak disukai maka anak-anak saya persilahkan untuk menyampaikan langsung hal apa yang tidak disukai dari anak tersebut.
Mendapatkan teman baru saat diluar rumah bisa menjadi sebuah kebahagiaan bagi anak-anak. Tidak jarang pula mereka mengidolakan beberapa temannya.
Karakteristik ini bisa dijadikan sarana untuk membentuk kepribadian anak. Di dalam pencak silat, kita bisa mengajarkan anak mengenai konsep kasih sayang, saling melindungi, bekerja sama, saling menghargai dan percaya diri.
Saya membiasakan anak untuk memimpin salah satu sesi latihan secara bergantian. Misalnya memimpin berdoa, pemanasan atau memberi aba-aba saat bergerak. Selain itu saya juga seringkali membuat konsep pertunjukan dimana ada penonton dan aktor. Aktor bertugas melakukan gerakan di hapadan teman-temannya. Teman yang lain menonton sang aktor dan memberikan semangat serta penghargaan berupa tepuk tangan.
Seorang anak sedang tampil di depan teman-temannya |
Kegiatan diatas cukup efektif untuk membuat anak-anak bangga menjadi dirinya sendiri dan menghargai satu sama lain. Jadi semua teman dalam kelas silat merupakan idola mereka. Kalaupun diantara mereka ada yang dianggap tidak disukai maka anak-anak saya persilahkan untuk menyampaikan langsung hal apa yang tidak disukai dari anak tersebut.
Catatan Tambahan
Saya mengerti dengan kekhawatiran bahwa anak-anak akan mempraktikan hasil latihan kepada sesama. Namun ada hal yang perlu kita pahami bersama, bahwa perilaku anak-anak sekarang ini lebih besar dipengaruhi oleh tontonan baik dari televisi berupa film maupun sinetron, internet, dan juga game online. Media tersebut cukup besar pengaruhnya untuk mempengaruhi kabiasaan anak. Terdapat penelitian yang menunjukkan 90% game yang ditujukan untuk anak justru mengandung kekerasan, hal ini bisa mengakibatkan anak meniru adegan kekerasan yang mereka saksikan.
Jadi, saat anak ibu/bapak yang sudah mengikuti aktifitas bela diri lalu mempraktikan sesuatu yang dianggap hasil latihan kepada orang lain, harus ditelusuri terlebih dahulu apakah betul hal tersebut dikarenakan keikutsetraan sang anak pada aktivitas bela diri? Apakah betul sebelum mengikuti aktivitas bela diri anak-anak tidak pernah melakukan kekerasan? Dan apakah betul anak-anak tidak terpapar tontonan kekerasan?
Menurut saya, melalui aktivitas dalam bela diri, justru anak-anak bisa kita cegah untuk melakukan tindakan kekerasan kelak. Belakangan ini banyak sekali berita yang menginformasikan terjadinya tindakan kekerasan bahkan sampai mengarah pada tidakan kriminal yang dilakukan anak usia sekolah. Sungguh mengerikan bukan?.
Saya berpesan kepada orang tua, mari kita cegah tindakan kekerasan pada anak tersebut sejak dini. Sekarang ini, memproteksi dan bersikap steril pada anak bukan berarti sama sekali menjauhkan mereka dari segala sesuatu yang dilarang. Mereka harus tahu apa saja yang dilarang dan memberi pengertian mengenai dampak dari hal yang dilarang tersebut.
Saya berpesan kepada orang tua, mari kita cegah tindakan kekerasan pada anak tersebut sejak dini. Sekarang ini, memproteksi dan bersikap steril pada anak bukan berarti sama sekali menjauhkan mereka dari segala sesuatu yang dilarang. Mereka harus tahu apa saja yang dilarang dan memberi pengertian mengenai dampak dari hal yang dilarang tersebut.
Pesan saya untuk para pelatih bela diri anak usia dini, mari kita cegah segala tidakan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak. Walau aktivitas kita identik dengan pertarungan, tetaplah sampaikan hal-hal yang baik agar mereka tidak bertarung sembarangan. Ingatkan mereka bahwa kekerasan sebaiknya tidak dibalas dengan kekerasan. Bangunlah situasi berlatih yang ramah anak sehingga mereka selalu nyaman dan mudah menyerap segala ilmu yang kita sampaikan.
Kerja sama antara pelatih dan orang tua pasti sangat berguna untuk mencegah kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak. Pengawasan terhadap tontonan dan pergaulan anak sangat penting diperhatikan.
Pesan bagi para praktisi dan pecinta pencak silat, mari kita jadikan pencak silat sebagai sarana untuk membentuk mental dan spiritual anak-anak yang berbudi luhur. Buatlah anak-anak bangga terhadap bela diri warisan budaya bangsa Indonesia.
Jayalah Pencak Silat Indonesia!!
Salam Pencak Silat🙏🙏
-Sintia Catur-
PD Cab. Bandung
-Sintia Catur-
PD Cab. Bandung
***
Penulis adalah pelatih pencak silat anak usia dini pada KELUARGA SILAT NASIONAL INDONESIA PERISAI DIRI ranting :1. TK Salman Al Farisi Bandung
2. Rumah Bermain Padi Bandung
3. PG/TK/Daycare Bintang Puri Widya Bandung
Assalamualaikum, klo mau daftar dimana ya di bandungnya?
BalasHapus