Langsung ke konten utama

Anak Saya Belum Bisa Baca dan Tulis


Setelah melihat buku tulis anak sulung yang sekarang kelas 1 SD. Tiba-tiba terlempar ke masa 2 tahun kebelakang.

"Duh anak saya belum bisa baca nih, padahal tiap hari diajarin"
" Gimana anakmu? Udah bisa baca belum?"
" Di TK anakku, guru nya sering ngasih PR calistung"
"Anakku mah baca nya udah lancar, jadi tenang lah kalau mau masuk SD"

Saat anak sulung saya kala itu masih berusia 4 tahun, seringkali saya mendengar emak-emak lain yang membahas pernyataan dan pertanyaan tersebut. Padahal anak-anak mereka pun usia nya tidak berbeda jauh dari anak saya. Tapi saya orang nya santai banget. Dari awal memang tidak menargetkan anak bisa baca di usia terlalu dini. Santai lah, emaknya juga baru bisa baca tulis di usia 6 tahun. Itu pun belum lancar-lancar amat. Toh akhirnya doyan nulis (tepatnya ngetik) juga. Baca-baca dari beberapa artikel dan pendapat para pakar juga menyatakan bahwa sebelum usia 5 tahun sebaiknya anak belum dikenalkan calistung.
Tulisan di minggu pertama kelas 1 SD

Terus terang saya sempat terprovokasi sama emak-emak lain yang bahas anaknya sudah bisa baca di usia belum 5 tahun. Sampai akhirnya saya juga sempat mengenalkan huruf kepada anak sulung saya saat usianya baru 4 tahun 6 bulan. Tapi kenyataannya dia belum bisa menangkap dengan baik. Sampai akhirnya saya pun kembali santai kayak di pantai.

Alhamdulillah di TK anak saya tidak ditekankan untuk belajar calistung. Baru mulai intens saat TK B semester 2 dengan tujuan persiapan masuk SD. Tapi itupun hanya sebatas pengenalan calistung sangat sederhana.

Sampai akhirnya sudah saatnya test masuk SD. SD incaran pertama memberlakukan test calistung. Mmmh...rada kecewa. Alhasil sang anak pun merasa was-was karena dia merasa tidak bisa saat test. Test pertama gugur, anak saya tidak lolos. Ya mungkin bukan hanya karena belum bisa baca, tapi ada hal lain. Merasa bersalah? Tidak juga.
Akhirnya ikut lagi test di SD incaran ke dua. Di sana tidak ada test calistung, hanya test psikologi. Tapi anak sulung merasa ketakutan tidak lulus test lagi. Berkali-kali dia bertanya, "kalau aku ga masuk di sekolah A gimana atuh bun? Aku nanti sekolah dimana?". Sampai segitu traumanya gara-gara di test pertama merasa tidak bisa.

Saya memang tidak menargetkan anak saya bisa baca di usia 5 tahun atau dibawahnya. Saya hanya ingin saat masuk SD kelak dia bisa calistung walau masih sederhana. Karena mau tidak mau, anak kelas 1 SD jaman now itu harus bisa mengikuti pelajaran yang cukup berat. Kelas 1 buku paket pelajarannya tebal-tebal. Kasihan kalau anak-anak terlalu nol terhadap calistung. Karena saya pun pernah menjadi pengajar calistung dan guru SD. Sungguh berat beban seorang guru jika menemukan anak didik yang sama sekali tidak bisa baca. Kalau menulis masih ada yang belum bisa sih masih dimaklumi.

Akhirnya anak sulung diterima di sekolah incaran ke dua. Buku pelajarannya memang tebal. Isinya bukan lagi mengeja kata. Melainkan berisi cerita dan menjawab pertanyaan. Sepertinya hampir di semua sekolah di Indonesia seperti ini kurikulumnya. Anak yang sekolah emak yang pusing.
Alih-alih kita ingin mengajarkan dulu calistung, eh buku pelajaran mengharuskan anak memahami maksud pertanyaan.

Tulisan di minggu kedua kelas 1 SD

Anak masuk SD artinya perjuangan orang tua khususnya emak dimulai. Anak sulung belum bisa membaca kata-kata yang berunsur "ng" atau "ny". Tapi karena di buku paket kata-kata tersebut sering diulang, akhirnya setelah 2 bulan anak sulung pun bisa. Dalam menulis juga betul-betul terlihat prosesnya. Saat baru masuk besar tulisan sering tidak konsisten. Kadang besaaaar, kadang keciiiil, kadang proporsional.

Tulisan di 1 bulan pertaman kelas 1 SD

Tapi setelah hampir 4 bulan mulai ada perubahan dan mulai terlihat kerakter tulisannya. Kalau tulisannya besar-besar sudah dipastikan dia terburu-buru. Masih sering terjadi kekeliruan penulisan huruf "d" dan "b", saya yakin bukan dislek. Hanya masih sering tertukar saja karena mirip. Untuk huruf lain tidak ada masalah.

Tulisan di bulan ke-4 kelas 1 SD

Akhirnya emak plong dengan kemajuan calistung anak sulung sekarang. Semua memang sudah ada waktunya dan setiap anak tidaklah sama.

Tulisan di bulan ke-5 kelas 1 SD

Buat para emak yang anaknya sudah bisa calistung sedari dini, jangan keseringan pamer, membandingkan anaknya dengan anak orang lain dan kurangi melontarkan pertanyaan "anak mu udh bisa baca belum?", karena banyak emak yang baper bahkan terprovokasi. Kasian anak nya nanti.

Buat para emak yang anaknya belum bisa calistung sedari dini, jangan baperan ya. Apalagi usianya masih di bawah 6 tahun. Tenang...tenang...jangan panik. Tetap bimbing mereka dengan santai. Karena semakin emaknya berambisi anak bisa calistung dengan segera, sang anak malah tertekan yang pada akhirnya membuat semakin sulit membaca, bahkan menulis dan menghitung.

Kasian kaaan? Anak setres...emak setres...

Oiya, saya tulis ini tidak bermaksud pamer ya. Anak saya sudah kelas 1 SD, jadi emak yang punya anak masih TK atau di bawahnya mah ga usah baper. Saya hanya ingin berbagi cerita sekalian untuk memotivasi para emak lainnya supaya ga baperan dan jangan mudah terprovokasi. 

Kalau sekarang emak lagi rada baperan dan hobinya nge gas mulu. Sudah masa PAS, anak susyeh bener diajak ngulang pelajaran....😌. Anak yang ujian emak yang ribut ga karuan. Maafkan emakmu ini nak.


Komentar

  1. Bunda,skrg kan anak saya yg sulung juga baru masuk kelas 1 sd dgn kondisi pandemi seperti ini
    Mohon saran nya bun,bagaimana ngajari anak supaya bisa membaca
    Soalnya anak saya juga belum bisa membaca
    Terima kasih sebelumnya bunda,salam kenal dari surabaya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERUSUHAN SAMPIT (DAYAK VS MADURA) SALAH SATU ANCAMAN “HUMAN SECURITY’

Oleh : Sintia Catur Sutantri (170820160009) A.    Faktor Pemicu Kerusuhan Sampit Kerusuhan yang terjadi di Sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa kerusuhan yang terjadi antara Suku Dayak dan Madura sejak berdirinya Kalimantan Tengah . Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, terma

HUBUNGAN ANTARA TEORI SISTEM DAN FUTUROLOGI

Oleh : Sintia Catur Sutantri (170820160009)   A.    TEORI SISTEM  Konsep sistem telah diambil oleh ilmu sosial dari ilmu pasti, secara khusus dari fisika yang yang berhubungan dengan materi, energi, gerak, dan kekuatan. Semua konsep ini lebih diarahkan pada suatu pengukuran yang pasti dan mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada yang mendefinisikan sistem dalam konteks pasti dan dalam persamaan matematis yang menjelaskan hubungan tertentu antara beberapa variabel. Namun konsep ini sangat sedikit diadopsi oleh para ahli dibidang sosial karena variabel-variabelnya sangat kompleks dan sering sangat multidimensional. Sistem merupakan kumpulan dari objek-objek bersama dengan hubungannya, antara objek-objek dan antara atribut mereka yang dihubungkan dengan satu sama lain dalam lingkungannya sehingga membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh (Whole).                                 T eori sistem umum pada awalnya diusulkan oleh ahli biologi bernama Ludwig von Berta

Manfaat Pencak Silat untuk Anak Usia Dini

"Anak saya masih TK, boleh ga ikut latihan bela diri?" "Duh anak saya aman ga ya kalau ikut latihan silat? Takutnya dia jadi suka pukul temannya." "Wah bahaya banget deh anak kecil udah ikut latihan silat?" Pertanyaan diatas adalah contoh kekhawatiran orang tua atau masyarakat pada umumnya tentang keikutsertaan anak usia dini dalam aktivitas beladiri, khususnya pencak silat. Padahal, pencak silat bukan sekedar bela diri. Ulasan manfaat pencak silat secara umum sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya. Silahkan kunjungi link http://cikizentukangetik.blogspot.co.id/2017/11/manfaat-silat-bukan-sekedar-untuk-bela.html?m=1 . Kali ini tulisan saya khusus mengulas manfaat pencak silat untuk anak usia dini. Saya mulai melatih pencak silat anak usia dini sejak tahun  2008 di  Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri . Tak terasa, ternyata sud ah hampir 10 tahun. Dalam perjalannya saya selalu belajar dari anak-anak dan orang tua mereka. B