"Dari sebuah foto kita diingatkan untuk bersyukur"
Sedang beres-beres berkas, menemukan hasil foto radiologi seorang bayi yang masih berumur 3 hari. Foto paling spesial yang akan mengarahkan hati ini untuk selalu bersyukur.
Foto ini melambungkan ingatan pada Ramadan 5 tahun yang lalu. Bayi itu lahir menjelang sahur. Kami bersyukur karena dia bisa lahir dengan cara normal dan bunda nya pun tanpa jahitan. Namun, sang bayi diberikan keistimewaan oleh Alloh. Sang bunda sudah mengetahuinya sejak usia kandungan 6 bulan, sehingga sudah siap dan ikhlas dengan apa yang ditakdirkan.
***
Kami bersyukur karena dipertemukan dengan dokter kandungan yang sabar dan selalu meyakinkan saya bisa lahiran normal dengan kondisi bayi yang spesial ini, namanya Dr.Gatot N.A.W,Sp. OG. Beliau berkata, "Ibu fokus saja dulu dengan proses persalinan, ga usah berpikir yang lain-lain ya. Bayi nya sehat kok. Insya Alloh bisa normal lagi persalinannya".
Hal tersebut berbanding terbalik dengan dokter lain, waktu itu saya mencoba cek ke dokter kandungan lain dengan maksud memanfaatkan fasilitas BPJS agar nama saya juga tercatat di RS tersebut (karena waktu itu saya sudah yakin harus lahiran di RS dengan kondisi bayi yang spesial). Baru saja pemeriksaan pertama, bayi saya sudah divonis sungsang dan kondisi bayi mengharuskan saya Sectio Caesar. Waktu operasi pun sudah ditetapkan 3 hari lagi.
Akhirnya karena tidak yakin, sore hari nya saya memeriksakan kandungan ke dokter yang sebelumnya memeriksa saya. Beliau pun tetap meyakinkan kalau saya bisa lahiran normal dan tetap bisa ditangani olehnya di RS yang tadi saya tuju dengan fasilitas BPJS. "Ibu tenang saja, nanti saya kasih pengantar, persalinan ibu langsung saya tangani", ungkapnya.
Setelah bayi itu lahir, sang dokter kaget karena ternyata jenis kelamin bayi adalah perempuan. Sebelumnya kelainan yang terdeteksi tersebut diyakini terjadi pada bayi laki-laki. Tapi dokter tetap tenang, "Nanti saya coba carikan dokter bedah anak untuk mengecek de bayi ya bu".
Saya bersalin menjelang azan subuh, namun pukul 13.00 di hari yang sama saya harus mengejar dokter bedah anak di RS yang berbeda. Dengan kondisi yang belum begitu stabil, saya harus menguatkan diri demi bayi yang spesial itu. Alloh maha baik, saya diberi jalan lahiran normal tanpa jahitan, sehingga saya bisa berjalan dan menggendong bayi hanya beberapa jam setelah melahirkan. Rasa sakit mendadak hilang, "Saya harus sehat...saya harus kuat", itu saja do'a yang mengalir dari lubuk hati yang paling dalam.
Hingga akhirnya kami bertemu dokter bedah anak, dr. Dikki Drajat Kusmayadi Surachman, Sp.B, Sp.BA. Setelah konsultasi dengan beliau, dianjurkan untuk melakukan operasi pada saat usia bayi tidak lebih dari 1 bulan. Keistimewaan pada bayi tersebut bernama Teratoma Sacrococcygeal (SCT) atau tumor teratoma yang biasa terbentuk pada bayi sejak dalam kandungan. Kasus ini berpotensi terjadi pada satu dari 35 ribu sampai 40 ribu kelahiran. Maka dari itu kenapa saya sebut bayi saya adalah bayi spesial karena kondisi ini sangat langka.
Singkat cerita, berbagai pemeriksaan medis dilakukan. Hal tersebut dilakukan selama Ramadan hingga setelah lebaran. Jika setelah bersalin biasanya orang-orang datang untuk menengok bunda dan bayi nya dengan bahagia, ini tidak, karena kami harus bolak balik ke RS untuk menjalani berbagai proses. Namun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena kami juga bingung menjelaskan keistimewaan bayi tersebut seperti apa, kami juga masih mempelajari penyakit tersebut.
Setelah itu, dia harus tetap berada di RS selama seminggu. Jauh dari bunda, ayah, kakak dan keluarga lainnya. Setiap hari, sang bunda hanya bisa melihat bayi itu tidur tengkurap atau miring karena lokasi operasi pada tulang ekornya. Jumlah jahitannya ada 15, tidak usah dibayangkan. Berbagai alat terpasang di tubuh mungilnya dan kami hanya bisa memandangnya dari balik kaca inkubator. Bunda tak bisa menyusui langsung, hanya bisa menyerahkan ASI yang diperah dengan kekuatan cinta dan do'a agar bayi mungil itu cepat pulih, cepat pulang, dan selalu sehat. Sang kakak yang ingin segera bertemu harus menjaga kesabarannya.
Akhirnya, bayi itu pulang, perjuangan berat berlanjut karena bunda harus rutin mengganti perban di lokasi yang sangat dekat dengan tempat keluarnya hasil pencernaan. Selang sekitar 2 minggu, jahitan mulai dibuka,awalnya dibuka 4, setelah minggu ke tiga Alhamdulillah jahitan dilepas semua. Pada tahun pertama, harus cek AFP setiap 3 bulan sekali. Setelah itu, pada usia 2 tahun menjadi 6 bulan sekali. Terakhir di cek saat usia nya 3 tahun, Alhamdulillah hasilnya sudah normal.
Setiap konsultasi dengan dokter bedah anak, saya menanyakan, " Operasi yang sudah dijalani tidak akan mengganggu aktifitas fisik anak kan dok? Misal saat berjalan, berlari, atau berolah raga". Jawabannya selalu yakin, TIDAK.
Foto radiologi ini saya unggah karena memiliki sejarah yang bercerita tentang perjuangan dan keikhlasan. Terima kasih yang kala itu sudah banyak membantu, semoga Alloh membalas semua kebaikannya.
Kami selalu menitipkan Aquina kepada pemiliknya, Alloh SWT, agar selalu bersyukur.
*Ini hanya sebuah penggalan cerita. Jika memungkinkan akan dibuat versi lengkap perjuangan kami menghadapi Teratoma Sacrococcygeal.
Komentar
Posting Komentar