Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

HANYA DI TEMPATKU

Mengenalnya sejak tahun 1997, membuat aku menemukan hal-hal yang tidak ditemukan di tempat lain. Hingga akhirnya, tempat ini menjadi tempatku. Hanya di tempatku... Seseorang menjadi musuh hanya saat sedang di gelanggang hijau. Jika sudah keluar gelanggang, kami bisa berpelukan dan bersenda gurau. Pertandingan tak selamanya sebagai tempat kompetisi, namun bisa juga sebagai arena hiburan dan silaturahmi. Dari mulai balita hingga lansia bisa berbaur dengan penuh kehangatan dan kekeluargaan. Walau termasuk dunia yang "keras" namun sesungguhnya kami memiliki rasa kasih sayang yang cukup luas. Kemanapun kamu melangkah, maka akan ada keluarga yang menyambutmu disana.  Segala profesi ada dan saling melengkapi. Jika sudah menggunakan seragam putih, maka atribut profesi di luar sana akan melebur menjadi satu sebagai sebuah keluarga yang memiliki rasa asah, asih dan asuh. Jika seragam putih sudah dilepas, maka saat kembali menjalankan profesi, jiwa kekeluargaan kami akan tetap melekat d

LAGU DAERAH

Ketika sedang berada di dalam kamar, tiba-tiba terdengar lagu dengan lirik awal yang berbunyi, "Koyo ngene rasane wong nandang kangen". Sangat tak asing lirik dan aransemen musiknya. Itu adalah lagu yang dinyanyikan Didi Kempot. Saat ke ruang tengah, terlihat anak-anak sedang menonton acara di salah satu TV Swasta dengan penampilan lagu-lagu Didi Kempot. Tumben, biasanya jam segini harus berulang kali diingatkan untuk ganti channel TV karena banyaknya adalah tayangan sinetron. Pusing pala emak kalau anak-anak udah nonton sinetron. Apalagi adegan-adegannya "mengerikan". Sebetulnya lagunya Didi Kempot ini juga mengandung unsur cinta-cintaan. Tapi karena lagu ini juga dipakai dalam sebuah iklan produk obat herbal, anak-anak lebih familiar dengan aransemen musiknya. Liriknya sih entahlah, ga hapal juga mereka. Hanya hapal lirik lagu pada iklan.  Tapi, lagu-lagu dengan aransemen kedaerahan seperti ini terbilang sudah langka. Ada rasa yang berbeda saat anak-anak menikmati

MEMBANTU TEMAN

Udah lama ga hiking rame-rame. Keluar masuk hutan, melewati sungai, naik turun bukit, dan berkotor-kotor ria. Seru!! Saat semak-semak tinggi menghalangi jalan, teman yang paling depan membantu menyingkirkannya. Saat jalanan menanjak licin, teman yang sudah di atas membantu membuat pegangan. Saat menyebrangi sungai, batu demi batu dilewati dengan saling berpegangan.  Sesampainya di puncak bukit, pemandangan begitu indah dan air terjun menyegarkan. Tak ada salahnya membantu teman untuk mengabadikan keceriaannya setelah perjalanan panjang. Membantu teman itu sederhana dan menyenangkan.  Jadi kapan kita saling membantu lagi dalam kesenangan ini teman-teman?? #30hbc2112#30haribercerita #30hbcbantuteman @30haribercerita

PESAN BAPAK

  Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh dan saya berjalan kaki setiap hari. Topi adalah benda yang melindungi kepala saya dari teriknya sinar matahari. Berkeringat setiap hari meninggal kan jejak garis putih tanda keringat yang sudah kering. Tapi karena hanya punya 1 topi sekolah, maka saya mencucinya pada hari Minggu.  Ada kejadian yang membekas sampai sekarang, tepatnya saat kelas 6 SD. Karena terburu-buru pulang, topi yang biasa dipakai tertinggal di kelas. Itupun saya menyadarinya setelah bapak menanyakannya di rumah. "Topinya kemana? Kenapa ga dipake?", tanya bapak. Saya bingung, kok bisa-bisanya itu topi tertinggal.  Saya pun menjawab dengan gugup, "Kayaknya ketinggalan di kelas pak".  Akhirnya tanpa banyak bicara, bapak mengajak saya kembali ke sekolah untuk mengambilnya. Saya sama sekali belum ganti baju bahkan buka sepatu. "Ayo bapak antar ke sekolah buat cari topinya" ajak bapak. Duh, padahal sekolah jauh, baru nyampe, masih capek, masa harus ba

HIBURAN MASA KECIL

  Ibu saya seorang penjahit. Selain menerima orderan dari luar, ibu juga sering membuatkan baju untuk saya dan kakak. Walau ibu sudah tiada, mesin jahit itu masih terawat dengan baik di rumah kakak. Mesin jahitnya masih manual, digenjot pakai kaki. Lumayan lah kalau sedang menjahit bisa sambil olah raga. Ada hal yang saya sukai saat ibu sedang menerima pesanan menjahit baju. Ibu selalu meminta tolong kepada saya untuk memasukkan benang ke dalam jarum. Itu sebabnya beberapa kali saya juara lomba memasukkan benang ke dalam jarum pada acara Agustusan. Pelatihnya keren sih, ibu gitu loh! Kalau ibu sudah selesai menjahit, saya pasti langsung memanfaatkan kolong mesin jahit untuk bermain. Senang saja bermain di kolong walau terlihat sempit. Tapi cukup-cukup saja sih buat saya karena badannya mungil (sampai sekarang jg masih mungil kok😊). Permainan yang paling saya sukai saat berada di kolong mesin jahit adalah bermain mobil-mobilan. "Ngeeeeng...ngeeeeng....", sambil memutar-mutar

DEFINISI BAIK

  Definisi baik menurut KBBI adalah elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya). Namun dalam pelaksanaannya sehari-hari, kata baik memiliki banyak makna. Semua orang pasti ingin memiliki sifat baik. Maka dari itu ada istilah berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan juga banyak jenisnya. Definisi baik bisa dikatakan relatif. Baik bagi seseorang bisa bermakna tidak baik bagi orang lain. Misalnya, saat seseorang bersedekah lalu direkam dan diposting di media sosial, tidak semua orang yang melihatnya mengakui hal tersebut adalah perbuatan baik. Ada yang menilai hal tersebut adalah aktifitas pamer, pansos, dan lain sebagainya. Padahal semua orang juga mungkin tahu bahwa bersedekah itu bagian dari kebaikan. Definisi baik dari sudut pandang anak-anak juga bisa berbeda. Misal, saat seorang anak sedang mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, dengan tujuan kebaikan sang ibu akan melarang anaknya makan permen. Namun tanggapan sang anak bisa berbeda, dia akan merasa ibun

SEPI

  SEPI Hari ini dimulai dengan pagi yang hujan. Jalanan sepi, tidak seperti biasanya. Kendaraan bisa melaju lebih kencang. Sesampainya di tempat kerja, tidak ditemui satupun petugas di front office. Sepi, mungkin efek dari hujan mereka datang terlambat. Sepulang kerja, anak-anak mengajak mampir ke sebuah tempat makan yang ada patung sumo di pintu masuknya. Didalamnya hanya ada beberapa orang pelanggan. Sepi, bahkan suara musik pun tak ada. Melangkah ke parkiran sambil memperhatikan satu per satu toko yang berjajar. Pandangan tertuju kepada arena bermain anak-anak yang biasanya ramai oleh keceriaan dan teriakan terlihat sepi. Hanya ada mainan berwarna warni yang duduk manis. Begitupun tempat makan yang biasanya ramai, sama sekali tidak ada pegunjung. Bangku-bangku menanti dengan sabar, menunggu orang-orang menyantap makanan dengan senda guraunya. Kondisi jalanan sepi menjadi salah satu yang dirindukan. Karena dulu, aku lebih suka berjalan menyusuri jalanan sepi di bawah pohon-pohon rind

BARU TAHU KALAU

  Baru tau kalau anak yang mengamen di perempatan jalan itu mencatat uang yang diperolehnya. Hal tersebut baru kuketahui sore ini saat sedang dalam perjalanan pulang. Biasanya aku hanya lewat, tapi tidak ada aktifitas yang menarik selain anak-anak yang sedang menyanyi dan berjoget alakadarnya di kala lampu lalu lintas berwarna merah. Tetapi sore ini, aku tidak sengaja memperhatikan gerak gerik anak yang berada di bawah lampu lalu lintas itu sedang sibuk mengeluarkan uang dari keresek biru lalu menghitungnya. Tak lama kemudian, dia menulis di buku yang tergeletak di lantai trotoar. Awalnya aku tidak yakin bahwa dia sedang menuliskan nominal uang yang dipeganggnya. Tetapi beberapa lama kuperhatikan, sepertinya betul, dia mencatat uang yang dipegangnya tadi.  Setelah uang tersusun rapi, dia memasukannya lagi ke dalam keresek biru sambil menggigit ballpoint  dan memperhatikan rekan lain yang masih bernyanyi dan berjoget dengan penuh percaya diri diantara para pengendara sepeda motor.  Sete

MEMPERSIAPKAN DUKA

Sekitar 6 bulan lalu, berita duka datang dari seorang kawan yang ditinggal suaminya. Dia memiliki 3 orang anak usia SD, balita dan bayi. 4 minggu yang lalu, berita duka datang lagi. Teman sekelas anakku yang masih kelas 4 SD ditinggal sang ayah untuk selamanya.  2 minggu yang lalu, berita duka kembali datang. Lagi-lagi teman sekelas anakku ditinggal sang ibu untuk selamanya.  Belum lagi berita-berita lain yang kubaca dan kudengar tentang anak-anak yang ditinggal orang tua untuk selamanya. Sepertinya, sudah seharusnya mempersiapkan anak-anakku atas hal-hal yang tidak terduga, dalam hal ini kematian orang tuanya.  Aku harus bersyukur, karena ditinggal kedua orang tua dalam waktu yang beriringan di saat usiaku sudah matang untuk menerimanya. Kalau ditanya kesiapanku ditinggal oleh mereka, tentu saja jawabannya tidak siap. Karena sampai sekarang pun aku selau merindukan mereka. Membayangkan mereka ada di hadapanku saat senang dan sedihku. Lalu jika aku melihat kedua anakku yang masih SD. A

Menulis Cerita Liburan

Sebelum liburan sekolah tiba, tepatnya saat pembagian rapor online, bu guru berkata, " Untuk mengisi waktu liburan putra-putrinya,  silakan membuat cerita bergambar ya. Boleh di kertas bergaris maupun HVS 🙏". Libur telah tiba...libur telah tiba...horee!! horee!! horee!!. Hari pertama, aku mengingatkan, "Quin, mulai hari ini menulis cerita liburan ya". Lalu Quin bertanya, "Emang kita mau liburan kemana?. "Di rumah aja", jawabku. "Ah ga seru, nanti aku nulis ceritanya kalau pergi-pergi aja", jawab nya lagi. "Kan belum boleh pergi-pergi. Masih ada Corona", jelasku. Dia sepertinya paham. Hari kedua, supaya mau menulis sepertinya harus diajak pergi nih anak. Akhirnya kuajak saja pergi ke kampus. Sebelum berangkat, aku bujuk lagi supaya mau menulis, "Quin, hari ini nulis cerita ya. Tuh liat bu guru udah ngingetin di WA (sambil ku tunjukkan WA dari bu guru). Dia bertanya, "Emang kita hari ini mau pergi kemana?". "Ikut

KEMAH (KEMping di imAH)

  Liburan kali ini mau kemana ya? Bingung, karena redzone semakin meluas saja. Jadi kalaupun mau, musti jauh dari keramaian dan di alam terbuka. kamping bareng keluarga kayaknya seru deh. Satu minggu kebelakang kami mencari informasi mengenai tempat kamping yang asyik mulai dari lokasi, fasilitas, dan tentu saja harga nya🤑. Tempat yang dicari tentunya harus cocok dengan anak-anak, karena kita ini mau kamping sekaligus ngasuh. Satu-persatu pengelola tempat kamping kami chat lalu di share kepada anggota keluarga lain. Namun akhirnya kita berpikir ulang karena lumayan menguras dompet juga loh gaiiis😀. Setelah diskusi panjang x lebar x tinggi, munculah satu kesimpulan bahwa kita kamping di Majalaya saja, di rumah bude. Lokasi di pegunungan, ada kolam ikan, dan pasti lebih hemat karena tidak perlu sewa tempat. Cocok lah! Bungkuuusss!!. Namun, rencananya gagal maning karena sedang musim hujan. Kami rasa kondisinya kurang baik terutama untuk anak-anak (ditambah masih ada yang balita).  Akhi

ZOOMBASTIS

Zoom lagi...zoom lagi... Pada akhirnya aplikasi itu menjadi sangat penting belakangan ini.  Kegiatan belajar mengajar, berdiskusi, rapat, seminar, nonton bareng, bahkan silaturahmi saat hari raya pun dilakukan melalui zoom.  Namun sebalnya, efek dari aplikasi ini waktu rasanya semakin ga menentu. Seringkali merasa ga punya hari Minggu, ga punya jam tidur teratur, ga punya ketenangan mau rebahan karena bisa saja undangan zoom mendadak.  Eiiits..tp perasaan sebal itu muncul saat awal-awal saya mengenalnya. Selanjutnya, kondisi pun menyesuaikan dengan mute dan off cam.  Pasti banyak banget deh yang pake aplikasi zoom. Dibandingkan dengan aplikasi lain, zoom memiliki fitur lebih lengkap dan saya rasa lebih nyaman digunakan. Percakapan selama di zoom bisa di record dan penyimpananannya bisa di cloud atau device. Zoombastis!! Banyak hal unik yang terjadi efek dari penggunaan zoom ini.  Atasan kemeja rapi namun bawahan celana tidur🤭; masuk zoom belum mandi tapi dangdan😎;  join zoom tapi di

BERHENTI

Hampir satu tahun sejak diumumkannya penyebaran Covid-19 di Indonesia saya berhenti dari beberapa aktifitas rutin. Berhenti mengantar jemput anak sekolah. Karena sang anak melaksanakan PJJ alias pembelajaran jarak jauh. Aktifitas sehari-hari berubah menjadi timer dalam belajar dan mengerjakan tugas yang tidak jarang disertai dengan tanduk di kepala. Berhenti melatih silat dari satu tempat ke tempat lain. Aktifitas melelahkan tetapi selalu ada kepuasan dan perasaan terhibur di dalamnya. Bagaimana tidak? Sy melatih mulai dari anak usia TK hingga kuliah. Disana saya harus bisa mengatur energi dan suasana hati. Saat suara hilang dan tenaga tinggal seperempat tetapi anak2 dapat menyerap ilmu, disitulah ada kepuasan. Tapi kalau sudah mengencangkan urat leher dari awal hingga akhir latihan dan anak-anak tetap tidak kondusif, ya sudah lah kita bermain saja. Berhenti mengajar mahasiswa di kampus. Hal ini ternyata rasanya nano-nano. Biasanya kendala hanya di kisaran mencari ruangan, proyektor, s