Oleh : Sintia
Catur Sutantri (170820160009)
A. TEORI SISTEM
Konsep sistem telah diambil oleh ilmu sosial dari
ilmu pasti, secara khusus dari fisika yang yang berhubungan dengan materi,
energi, gerak, dan kekuatan. Semua konsep ini lebih diarahkan pada suatu
pengukuran yang pasti dan mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada yang
mendefinisikan sistem dalam konteks pasti dan dalam persamaan matematis yang
menjelaskan hubungan tertentu antara beberapa variabel. Namun konsep ini sangat
sedikit diadopsi oleh para ahli dibidang sosial karena variabel-variabelnya
sangat kompleks dan sering sangat multidimensional. Sistem merupakan kumpulan
dari objek-objek bersama dengan hubungannya, antara objek-objek dan antara
atribut mereka yang dihubungkan dengan satu sama lain dalam lingkungannya sehingga membentuk
suatu kesatuan yang menyeluruh (Whole).
Teori sistem umum pada awalnya diusulkan oleh ahli biologi bernama Ludwig von Bertalanffy pada tahun 1928. Sebuah sistem dapat dipecah menjadi komponen individu sehingga setiap
komponen dapat dianalisis sebagai entitas independen. Komponen dapat ditambahkan secara linear untuk
menggambarkan totalitas sistem. Von Bertalanffy menyatakan bahwa kedua asumsi tersebut salah. Menurutnya, sistem dicirikan oleh interaksi dari komponen dan
non-linear dari interaksi tersebut. Pada tahun 1951, Von Bertalanffy memperpanjang sistem teori dengan menyertakan sistem biologis. Tiga tahun kemudian, sistem
tersebut dipopulerkan
oleh Lotfi Zadeh, seorang insinyur listrik di Columbia University (McNeill dan Freiberger, p.22)
Teori sistem dipetakan oleh George Ritzer pada paradigma fakta sosial.
Maksudnya adalah penggunaan teori ini dikhususkan pada masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan nilai-nilai, institusi/pranata-pranata sosial yang
mengatur penyelenggaraan eksistensi kehidupan
bermasyarakat. Sistem sendiri merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen
fungsi yang beragam, saling berhubungan dan membentuk pola yang mapan. Hubungan
antara elemen-elemen sosial tersebut adalah hubungan timbal-balik atau hubungan
dua arah. Banyak
permasalahan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan lain sebainya yang dapat dikaji dengan menggunakan teori sistem. Adanya fenomena dalam satu aspek akan mempengaruhi
aspek-aspek lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang paling giat mengembangkan teori sistem adalah Niklas Luhman dan
Kenneth Bailey. Keduanya hidup pada abad 20. Sebelum kedua ilmuwan di atas,
pemikir lainnya yang membicarakan sistem adalah Walter Buckley (1967) melalui
karyanya yang berjudul: Sociology and
Modern Systems Theory. (Ritzer & Goodman, 2009:351).
Menurut Buckley, ada beberapa manfaat menggunakan teori sistem, yakni:
Menurut Buckley, ada beberapa manfaat menggunakan teori sistem, yakni:
1.
Dapat
diterapkan pada semua ilmu perilaku dan ilmu sosial
2.
Memiliki
beragam level yg dapat diterapkan pada semua skala dari yang terbesar sampai skala terkecil atau yang paling
objektif sampai yang paling subjektif.
3.
Membahas
beragam hubungan antar aspek sosial, tidak parsial.
4.
Keseluruhan
aspek dipandang dalam konteks proses khususnya terkait dengan jaringan
informasi dan komunikasi.
5.
Bersifat
integratif.
Buckley
memperkenalkan tiga jenis sistem, yaitu:
1) Sistem
sosial budaya : saling keterkaitan lebih didasarkan pada
pertukaran informasi.
2) Sistem
mekanis : saling keterkaitan antar bagian yang didasarkan pada transfer energi
3) Sistem organis : saling keterkaitan antar bagian lebih
didasarkan pada pertukaran informasi dari
pada pertukaran energi.
Studi tentang sistem dapat mengikuti dua pendekatan umum. Sebuah pendekatan
cross-sectional berkaitan dengan interaksi antara dua sistem, sementara
pendekatan pembangunan penawaran dengan perubahan sistem dari waktu ke waktu. Dalam memahami sistem sosial, dikenal dua pendekatan,
yaitu:
1) Pendekatan sibernetis = Friksi, pertumbuhan, evolusi dan
perubahan sosial dapat dipelajari dengan pendekatan sistem sibernetis. Umpan balik merupakan aspek esensial dari pendekatan
sibernetis.
2)
Pendekatan
Ekuilibrium = keseimbangan fungsi merupakan esensi dasar pendekatan ekuilibrium.
Ada tiga pendekatan umum untuk mengevaluasi subsistem:
1.
Pendekatan holistik, berfungsi untuk menguji sistem sebagai
unit yang berfungsi lengkap.
2.
Pendekatan reduksionis, terlihat ke bawah dan memeriksa
subsistem dalam sistem.
3.
Pendekatan fungsionalis, terlihat ke atas dari sistem untuk
menguji peran yang dimainkannya dalam sistem yang lebih besar.
Ketiga
pendekatan mengakui keberadaan subsistem yang beroperasi dalam sistem yang
lebih besar.
Teori sistem
mengenal dua konsep krusial yaitu:
1.
Entropi adalah
kecenderungan sistem berhenti bekerja.
Sistem ini biasanya terdapat pada masyarakat
yang tertutup, di mana interaksi terjadi hanya di antara komponen sistem
dan tidak dengan lingkungan. Sistem tertutup hanya dapat mempertahankan atau menurunkan organisasi.
2.
Entropi/Negentropi adalah kecenderungan sistem pada struktur yang lebih besar.
Sistem ini biasanya terdapat pada masyarakat yang terbuka, dimana ada salah satu yang menerima masukan dari lingkungan atau
output ke lingkungan. Karakteristik dasar
sistem terbuka adalah interaksi yang dinamis dari komponen. Sistem terbuka dapat
cenderung ke arah tingkat yang lebih tinggi dari organisasi (entropi negatif).
Talcott Parson mengemukakan bahwa sistem mengandaikan adanya kesatuan
antara bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Untuk mempelajari tindakan sosial, Parson mendefenisikan
empat sistem tindakan, sebagai berikut:
1.
Sistem budaya,
disebut juga sistem simbolik yang menganalisis "arti", seperti
kepercayaan, agama, bahasa dan nilai-nilai dan konsep sosialisasi. Sosialisasi
mempunyai kekuatan integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol
sosial dan keutuhan masyarakat.
2.
Sistem sosial,
yang memandang masyarakat berada dalam interaksi berdasarkan peran. Sistem
sosial selalu terarah pada ekuilibrium.
3.
Sistem
kepribadian, kesatuan yang paling kecil dipelajari adalah individu yang menjadi
aktor. Fokus kajian disini adalah kebutuhan, motif dan sikap.
4.
Sistem
organisme, kesatuan yang mendasar pada sistem ini adalah manusia dalam arti
biologis dan lingkungan fisik dimana manusia itu hidup, juga sistem syaraf yang
berkaitan dengan kegiatan motorik dan sistem organ manusia.
Teori Parson di atas dikembangkan oleh Luhmann yang
dikenal dengan Teori Sistem Umum.
Sistem dapat dikendalikan (cybernetic) atau tidak terkendali. Dalam sistem
dikendalikan informasi dirasakan, dan perubahan yang dilakukan dalam menanggapi
informasi. Kuhn mengacu ini sebagai detektor, pemilih, dan fungsi efektor dari
sistem. Detektor
berkaitan dengan komunikasi informasi antara sistem. Pemilih didefinisikan oleh aturan yang
menggunakan sistem untuk membuat keputusan, dan efektor adalah sarana transaksi yang dilakukan antara sistem. Komunikasi dan
transaksi adalah satu-satunya interaksi antar sistem. Komunikasi adalah
pertukaran informasi, sementara transaksi melibatkan pertukaran materi energi. Semua interaksi organisasi dan
sosial melibatkan komunikasi dan transaksi.
Sistem dapat diidentifikasi dengan struktur mereka. Sebuah sistem yang
sebenarnya adalah sistem apapun materi dan energi. Sebuah sistem abstrak atau
analitik adalah sistem pola yang elemen terdiri dari tanda-tanda atau konsep.
Berbeda dengan sistem nyata, yang hanya dapat bertukar informasi, sistem
abstrak adalah informasi. Sesuatu
yang bukan sistem adalah satu atau lebih elemen yang tidak menunjukkan
pola perubahan. Karena perubahan diukur relatif terhadap referensi, sesuatu
yang dapat dilihat baik sebagai sistem dan bukan sistem tergantung pada tujuan
peneliti.
Teori sistem menyediakan kerangka kerja yang konsisten secara internal
untuk mengklasifikasikan dan mengevaluasi dunia. Banyak definisi dan konsep yang berguna
dalam teori sistem. Dalam banyak situasi menyediakan metode ilmiah untuk
mengevaluasi situasi. Karakteristik bahkan lebih penting, bagaimanapun, adalah
bahwa ia menyediakan pendekatan yang universal bagi semua ilmu. Von Bertalanffy (1968, p. 33)
menunjukkan, "ada banyak contoh di mana prinsip-prinsip yang sama
ditemukan beberapa kali karena pekerja di satu bidang tidak menyadari bahwa
struktur teoritis yang diperlukan sudah berkembang dengan baik di beberapa
bidang lainnya. Teori sistem umum akan pergi jauh menghindari duplikasi yang tidak perlu seperti tenaga kerja.
"
Sementara itu menurut David Easton (1984:395), teori sistem adalah suatu model yang
menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan sistem sebagai suatu
unit (yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh, organisasi
pemerintah). Easton juga meringkas
ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Sistem
mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan fungsional yang terutama
dilandasi oleh beberapa bentuk
komunikasi.
2. Sistem
terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling melakukan
pertukaran (seperti antara desa dengan pemerintah daerah atau antara pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat).
3. Sistem
bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan menerjemahkan
masukan (input) kedalam beberapa jenis keluaran (output).
Sistem dapat dijelaskan sebagai kerangka teoritis untuk mengumpulkan data
mengenai fenomena politik, kesatuan integrasi saling berhubungan berdasarkan
serangkaian hipotesa variabel politik, misalnya sistem internasional yang
melibatkan pemerintah dunia, dan serangkaian hubungan diantara variabel politik
dalam sebuah sistem internasional. Teori sistem merujuk pada serangkaian
pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang
diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau
lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain
atau kombinasi variabel.
B.
FUTUROLOGI
Istilah
'futurologi' pertama
kali diperkenalkan oleh Ossip Flechteim dalam bukunya pada tahun 1966 “History
and Futurology”. Ia
yakin bahwa bidang baru berkisar pada nasib manusia dan masa depan masyarakat berdasar pada berbagai
kegiatan budaya. Keinginan pengikutnya adalah untuk melihat Futurologi sebagai sebuah divisi dari sosiologi yang menyerupai cabang
sosiologi dan kadang-kadang
disebut' 'sosiologi sejarah'. Dalam bukunya yang dipublikasikan tahun 1945, Teaching
the Future ia menyerukan pengembangan program berurusan dengan masa depan.
Pada tahun 1969 esai diskusi
nya pada Discussion on Future Researchia menjelaskan bahwa "...
adalah upaya untuk membahas evolusi manusia dan masyarakat di masa depan.
Pada tahun 1970 ia menerbitkan karya futurology nya: The battle for the future.
Di dalamnya ia mengkritik kedua studi di masa depan di Barat dan pendekatan
teknokratis dipromosikan di negara-negara sosialis, bukan mempromosikan model
"pembebasan masa depan." Konsep Flechtheim untuk futurologi sekitar waktu yang
didasarkan pada proses evolusi sosial yang muncul di Timur dan Eropa Barat,
memimpin "Jalan Ketiga" di luar sistem kapitalis dan komunis dan akan
berarti alternatif demokratis baru untuk masyarakat yang ada.
Pentti Malaska dihormati
karena jasanya melakukan studi
berjangka di Finlandia. Malaska berpendapat dengan menjelaskan bahwa pengetahuan masa depan secara epistemologis adalah bagaimana memperoleh
pengetahuan dari masa depan dengan
teknik yang berbeda untuk keperluan
satu dan lainnya, atau disebut
juga tujuan pragmati, tetapi terutama ontologis, yaitu apa pengetahuan masa depan mungkin
berarti, dalam arti apa itu mungkin (dan tidak mungkin) untuk mengetahui masa
depan, dan dalam apa pengetahuan
akal berjangka dapat dipertanggungjawabkan sebagai bidang ilmiah yang tepat
penyelidikan paralel dengan bidang pengetahuan ilmiah lain (fisika, kimia, biologi, sosiologi,
psikologi, antropologi, sejarah, humaniora, dll.
Nama Alfin
Toffler menjadi begitu populer ketika pada tahun 1970 ia mengejutkan dunia
dengan argumennya yang terkenal itu, “The Future Shock”. Menurutnya, “teknologi
mengubah masyarakat dengan sangat cepat hingga suatu ketika seseorang di sebuah
masa dan peradaban bisa saja mendapati dirinya sebagai orang yang terasing,
lantaran tak mengikuti teknologi yang berkembang itu.” Argumen Toffler itu
menandai lahirnya sebuah era disiplin ilmu baru bernama futurologi, sebuah
disiplin ilmu meramal masa depan berdasarkan perhitungan multi sudut pandang
atas fenomena yang terjadi pada hari ini. Sejak itu anggapan tentang apa yang akan terjadi
di masa depan semakin semarak.
Dalam ulasan Fred Guterl pada sebuah edisi Newsweek terbitan tahun 2002,
disebutkan bahwa futurologi lahir sebagai anak dari era perang dingin. Saat itu
Laboratorium Riset milik militer Amerika Serikat (AS) dengan berbagai ilmuwan
dari berbagai disiplin ilmu mulai berkerja dengan tren analisa matematikal
untuk menjawab berbagai pertanyaan, semacam: seberapa cepat Soviet akan bisa
membangun sebuah kapal selam baru?. Dilanjutkan dengan AU Amerika yang bekerja sama dengan Rand
Coorporation. Bersama seorang visionaris bernama Herman Kahn, mereka mulai
membangun skenario tentang apa yang mungkin berlaku pada era paskaperang
nuklir. Lalu, sebuah yayasan bernama Institut Riset Stanford mulai menggunakan
metoda yang sama untuk memprediksi tren-tren kehidupan baru: seperti apa kelak
wajah transportasi kita?
Sejak itu, futurologi masuk ke dalam arus besar dunia dan mulai mendapat
tempat utama hingga ketika pada tahun 1970, Toffler yang mantan editor Majalah
Fortune itu mempublikasikan sebuah best seller berjudul “Future Shock”,
sebuah epik tentang visi bagaimana menggaungkan perubahan mutakhir mobilitas
kerja, penurunan kota-kota kecil, dan lainnya,telah membuat sebagian besar warga Amerika sempat mengalami
stress dan disorientasi. Ribuan orang pun bergabung dengan Komunitas Futuris
Dunia.
Tak bisa dipungkiri, sejak ide relativitas Einstein yang sebenarnya
sangat kompleks itu menjadi sangat simpel dengan sebuah rumusan E = mc², ilmu
fisika menjadi sangat dinamis. Einstein telah memberikan pencerahan bagi perkembangkan internet hingga
aneka senjata perang yang dibuat untuk perang dingin. Kebrilianan Einstein
telah mengatur gerak
abad ke-20. Namun yang terpenting, Einstein telah membuat ciri khas baru tentang cara membentuk
masa depan: tidak dengan perang dan revolusi tapi dengan wawasan sains yang
dalam. Fred Guterl mengawali
tulisannya di Majalah Newsweek dengan kalimat
pembuka, “Albert Einstein telah mengubah masa depan tanpa memenangkan sebuah
pemilihan umum atau menggerakkan suatu angkatan perang. Segala yang
dikerjakannya adalah ide.”
Sejak itu abad 20 menjadi abad yang paling inovatif.
Penelitian-penelitian tak lagi mengandalkan seorang jenius sekelas Einstein,
melainkan sekumpulan ilmuwan cerdas di bidangnya masing-masing yang bersatu di
bawah sebuah bendera penelitian bersama (lihat “Era Penelitian Pasca Einstein”). Belum pernah sebuah abad menjadi begitu fenomenal
seperti abad ke-20 dimana
manusia menjejakkan kaki di bulan, di abad ini pula berbagai prinsip dasar
teknologi mutakhir berevolusi dengan cepatnya. Fakta inilah kemudian yang
membuat futurologi berkembang. “Akan ada penemuan apa lagi?” begitu pertanyaan
yang menggantung di benak mereka. Setiap
penemuan akan berdampak pada kehidupan warga dunia, lalu “seperti apa kehidupan
manusia akan berubah?” begitu pertanyaan lanjutan yang lantas mereka rumuskan
dalam prediksi-prediksi mereka.
Namun tak sedikit prediksi para futuris yang gagal. Pada tahun 1970,
seorang fisikawan Columbia University memprediksi bahwa pada tahun 2000 akan
lahir bayi pertama yang dilahirkan di planet buatan. Tak sedikit para futuris
yang tampaknya berteori lebih dengan dasar mimpi-mimpi belaka mereka. Sepuluh
tahun saja, para futuris itu begitu mendapat tempat. Sesudah itu, anggota forum
futuris internasional merosot drastis dari 60 ribu orang menjadi kurang dari
setengahnya. Bahkan Departemen Studi Masa Depan (Futurologi) pada Universitas
Carolina Selatan telah membubarkan diri. “Lebih baik menggunakan kepekaan yang
lebih riil bagi kita untuk membuatnya,” kata Michael Marien, editor pada
majalah Future Survey yang diterbitkan forum futuris. “Sejatinya, futurologi
tidak pernah berkembang. Lebih baik bagi kita untuk membelanjakan uang kita
untuk masa kini,” lanjutnya.
Inovasi
terus berlanjut, dalam
10 tahun terakhir ini saja terlihat
ada lompatan inovasi
dalam sejarah manusia tidak hanya tentang internet tapi juga pada pengkodean
gen manusia dan kloning gen yang telah melahirkan domba Dolly. Sangat masuk
akal untuk membuat asumsi, seperti yang diungkapkan seorang penulis
sains-fiksi, Arthur C. Clarke. “Saya jarang memprediksi masa depan, saya lebih
cenderung memprediksi atau memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan dari apa
yang terjadi pada hari ini,” katanya. Itu artinya, memprediksi masa depan tetap
diperlukan tapi tidak dengan metode kaum futuris yang hanya berlandaskan
keyakinan semata, bukan berdasarkan perhitungan matematis. Buktinya, dengan perhitungan
matematisnya, teknik meramal yang ditelurkan para futuris itu sekarang banyak
digunakan secara luas tak hanya oleh pelaku bisnis, tapi juga oleh
lembaga-lembaga pemerintah. Banyak perusahaan mulitinasional mempekerjakan para
peramal matematis yang bertugas memprediksi apa yang terjadi di masa depan pada
10, 25 atau bahkan 50 tahun kemudian.
Di bidang
rekayasa genetika. Berdasarkan atas apa yang telah terjadi hari ini pada banyak
laboratorium, sangat mungkin sekali “Sesuatu yang Besar Berikutnya” (The
Next Big Thing) akan datang dari bidang rekayasa genetika. Sistem
fertilisasi in vitro telah memberi ruang dan kemampuan yang lebih luas bagi
para ilmuwan untuk menciptakan sebuah embrio dalam sebuah petri dish. Bahkan
suatu ketika sangat mungkin mereka membuat beberapa embrio sekali jalan.
Bahkan, dengan teknologi genetika yang semakin berkembang sangat memungkinkan
bagi seorang ilmuwan untuk memperbaiki karakter genetika sesuatu makhluk hidup.
Yang ini, sekarang ini sudah terjadi walaupun
kemajuan di bidang ini membuka peluang pelanggaran kode etik ilmu pengetahuan
oleh para ilmuwan nakal, misalnya, debut mereka untuk mulai menciptakan manusia
kloning pertama yang sangat mengganggu banyak orang itu.
Yang jelas, tulis Fred Guterl lagi, setiap inovasi dan perubahan akan
memiliki dampak yang sangat luas. Bagaimanapun, dengan cara yang lebih baik,
futurologi masih diperlukan tapi dengan asumsi-asumsi ilmiah dan perhitungan
yang tepat. Namun, apa yang dikatakan Toffler pun tampaknya masih relevan:
siapa tak berteknologi, ia akan merasa terasing di dunia yang penuh dengan
kemajuan teknologi (by: LQ alias kalipaksi, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa futurologi
adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang prediksi masa depan dari
berbagai sudut pandang,
baik menyangkut sosial, politik, ekonomi, juga keyaninan musnahnya suatu bangsa dan negara. Futurologi
merupakan sebuah disiplin ilmu meramal masa depan berdasarkan perhitungan multi
sudut pandang atas fenomena yang terjadi pada hari ini. Teori futurologi
mencakup semua kegiatan di
masa mendatang, semua kegiatan ilmiah berurusan dengan masa depan dan bersama-sama dengan penelitian berjangka. Metodologi adalah alat yang
sangat kuat untuk memahami
bagaimana peradaban kita berkembang. Kita
dapat menggunakannya untuk menemukan jalan kita untuk masa depan dari krisis global saat ini.
C.
Hubungan Teori Sistem dan Futurologi
Dalam teori sistem terdapat 2 konsep
krusial yaitu sintropi dan entropi. Kita dapat menggunakan konsep sintropi sebagai dasar paradigmatik bagi teori futurologi. Konsep sintropi tersebut biasanya terdapat pada masyarakat yang tertutup, di
mana interaksi terjadi hanya di antara komponen sistem dan tidak dengan
lingkungan. Para futurolog
menciptakan sudut pandang konseptual
untuk semua kegiatan yang berorientasi masa depan termasuk pandangan ke depan, futurologi, penelitian berjangka, antisipasi, peramalan, dan lain-lain.
Paradigma dasar futurologi
sebagai ilmu masa depan,
didasarkan pada saling melengkapinya fenomena entropi dan sintropi di sistem kehidupan.
Kita dapat memahami masyarakat
sebagai sistem hidup berkembang dalam
ekonomi dan peradaban. Dalam
sistem kehidupan,
menurut matematikawan Italia, Luigi Fantappie, fenomena entropi terhubung
dengan masa lalu dan diatur oleh
hukum entropi. Kemanusiaan sekarang berada pada tahap sintropi dari evolusi
manusia dan pergeseran utamanya
adalah dari evolusi entropi yang bersifat egois menjadi sintropik yang bisa bekerjasama seperti
yang dinyatakan oleh futuris
dan visioner Amerika, R.
Buckminster Fuller.
Dalam hubungan teori sistem dengan futurologi dapat dipahami bahwa sebuah
sistem memiliki batas-batas yang membedakan dari lingkungan dan setiap sistem
tersebut merupakan jaringan komunikasi yang membuka aliran informasi untuk proses
penyesuaian diri di masa yang akan datang. Dalam sistem yang kompleks dimana
parameter atau objek merupakan subsistem, hubungan ini adalah perekat yang
menghubungkan berbagai sub-sistem tersebut secara bersama.
Hubungan antara teori sistem dengan futurologi merupakan hubungan yang sinergi dimana semua subsistem yang
tidak terikat dioperasikan bersama untuk menghasilkan total output yang lebih
besar dibandingkan jika sub-sistem tersebut beroperasi secara sendiri-sendiri
untuk mencari solusi yang tepat atas prediksi masalah yang akan terjadi dimasa
depan. Pendekatan
sistem (sibernetis dan
ekuilibrium) sangat bermanfaat untuk menemukan sifat-sifat penting dari
sistem yang bersangkutan lalu
kemudian memberikan keterangan-keterangan kepada kita mengenai perubahan-perubahan
apa perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem tersebut.
Dengan demikian, antara teori sistem dengan futurologi mempunyai hubugan
yang saling berkaitan. Pandangan ini didasarkan bahwa karena kondisi lingkungan
berubah dengan cepat, minimal dalam lima tahun terjadi perubahan yang
signifikan. Berdasarkan kondisi inilah maka perhatian terhadap nilai-nilai yang
dibutuhkan di masa yang
akan datang menjadi penting untuk dicermati.
George Ritzer dan Douglas Goodman, 2009; Teori
Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perekembangan Mutakhir Teori
Sosial Postmodern, Kreasi Wacana, Jogjakarta.
Bernard Raho, 2007; Teori Sosiologi Modern,
Prestasi Pustaka Publisher
George Ritzer, 2009; Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda, PT RajaGrafindo Persada.
Walonick David, 1993.General Systems Theory
Ivan Klinec, 2015. Institute of Economic
Research Slovak Academy of Sciences, Bratislava, Slovak Republic
Bertalanffy von Ludwig, 1969. General System Theory. Penguin University Books.
Komentar
Posting Komentar