Satu minggu lebih mandi di penginapan selama di Malang ternyata mempengaruhi kebiasaan mandi saat pulang ke Bandung.
Di penginapan mandi nya pakai shower dan bisa menggunakan air dingin atau hangat. Karena sering pulang malam dari GOR dan kalau tidak mandi badan Quin jadinya lengket dan bau acem yang berefek "gegetret" saat tidur, terpakasa saya mandikan dengan air hangat. Jadi saja mandi pagi pun Quin minta air hangat. Apalagi sambil semprot-semprotan, girang dia.
Saat sudah di Bandung, kalau mandi suka tiba-tiba bertanya, "airnya hangat atau dingin?". Malah sempat ada aksi ga mau mandi padahal posisi sudah ready di kamar mandi. Quin nangis-nangis bombay lebayyy.
Akhirnya saya ubah deh istilah mandi dengan, " ya udah ga usah mandi, disiram aja yaa..terus nanti pakai sabun dan shampo". Dia masih mikir...tidak langsung mengiyakan. Saya tambah lagi bahasanya, "Nanti kita bikin es krim" (biasanya kami bikin es krim imitasi dari busa shampo). Akhirnya Quin setuju...
Jadi saja selama 3 hari kalau ngajak mandi Quin diganti kata-kata nya jd, " Quin hayu badannya disiram dulu, terus pake sabun dan shampo", panjang daaaah...
Naaah...kebetulan kakaknya mau ulangan PAI dengan tema bersuci. Dibahaslah masalah mandi dan istinja. Seperti biasa, kalau ulangan selalu melakukan tanya jawab dengan Zena. Saya bertanya kepada Zena, "Apakah pengertian mandi...?", yang jawab malah Quin, "disiram pake air terus pake sabun".
Sejak saat itu, istilah mandi kembali berlaku. Emak ga usah ngomong lebih panjang lagi. Quin sudah senaaaang...
---
Janganlah mudah berputus asa jika berkomunikasi dengan anak.
Walau terkadang bikin emosi meluap, sesungguhnya mereka itu hanya sedang belajar.
Apapun solusi yang kita lakukan hanya memberikan 2 efek yaitu diikuti atau diabaikan.
Semua hanya soal kata dan soal rasa.
#cikiciiiwww!!
Komentar
Posting Komentar