Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

#10yearswannabechallenge

Lagi musim hastag#10yearschallenge di berbagai medsos. Tujuannya adalah memperlihatkan perbedaan foto 10 tahun yang lalu dengan foto terkini. Seru-seruan aja sih ya terlihatnya. Ada yang tadinya kulit sawo matang jadi putih, kurus jadi gemuk, sukses jadi makin sukses, tidak berkerudung jadi berkerudung, dan lain sebagainya. Namun, keseruan tersebut menimbulkan pro dan kontra juga. Ah tapi apa sih di sini yang ga pro kontra? Dari masalah serius sampai masalah remeh temeh ujung-ujungnya jadi bahan perdebatan. Terlepas dari pro dan kontra tersebut, saya sendiri mengapresiasi ide #10yearschallenge karena ternyata banyak banget orang kreatif yang ikutan challenge itu. Ide-ide foto yang di publish jadinya tidak selalu fotomorfosis foto diri, melainkan menyandingkan foto diri dengan tokoh-tokoh favoritnya. Pada akhirnya selain jadi bahan nostalgia, hastag tersebut cukup bisa menghibur dalam situasi politik negeri ini yang sedang memanas (walau banyak juga sih yang bikin hastag ini akhi

Mode Pakaian Emak Favorit Bocah

Berbincang dengan anak sulung tentang mode berpakaian masa kini. Dia mulai suka memberi komentar terhadap mode berpakaian dimanapun dia lihat. Di sekolah, di mall, di jalan, di pasar, di tempat olah raga, diam-diam dia memperhatikan. Seringkali dia langsung sampaikan juga kepada emaknya perihal fenomena berpakaian masa kini. Banyaknya sih dia komentarin cara berpakaian emak-emak. Komentar pertama, "Bunda..bunda..tadi aku liat di sekolah ya, ibu-ibu pake kerudung tapi bajunya ketat, belakangnya keliatan". Komentar kedua, "Bunda, itu teh pake kerudung tapi meni riweuh ya. Bajunya panjang banget sampe ke lantai. Atuh kotor ya bun". Komentar ketiga, "Bunda, kok orang pake kerudung nyanyi dangdut sambil joget-joget gitu sih? Geuleuh". Komentar keempat, "Bun, itu pake baju sama kerudung meni ga nyambung. Masa bajunya bunga-bunga kerudungnya belang-belang?" Komentar kelima, "Bun kenapa sih orang suka pake baju bolong?" Komenta

Sensasi Makan di Tengah Asap

Pernah makan di tengah asap? Seru juga loh. Sensasi makan di tengah asap bisa dirasakan di kawasan sate maranggi Plered, Purwakarta. Lokasinya sebelah stasiun Plered. Kalau dari bandung sekitar 1 jam jika lewat tol. Di tempat ini, ada beberapa tukang sate. Saat dia membakar sate, para pembeli duduk di sekelingnya. Jadilah asap dari pembakaran sate hinggap menyerbu para pembeli. Awalnya sih ga nyaman, tapi lama-lama ya dinikmati saja karena terbayar oleh nikmatnya sate maranggi yang disajikan fresh dari pembakaran (pembakaran kok fresh..hihi). Nasi berbungkus daun dengan porsi kecil disediakan di tempat itu. Satu tusuk sate tidak terlalu banyak daging/lemaknya, jadi sekali atau 2 kali makan ya langsung habis. Hal tersebut akhirnya membuat ketagihan dan ga kenyang-kenyang. Sambalnya pun bisa dipilih sendiri, ada sambal kacang dan sambal kecap, tidak lupa acar sebagai pelengkap. Kalau mau yang berkuah-kuah bisa pesan sop daging. Oiya, daging yang digunakan sebagai bahan baku sate a

Angkot

Angkot, kendaraan favorit masa sekolah. Pertama kali menaiki angkot saat SMP karena jarak cukup jauh. Tema angkot kali  ini terinspirasi dari kejadian 3 hari yang lalu. Setelah sekitar setahun kebelakang saya lebih banyak menggunakan ojol, akhirnya terpaksa menggunakan angkot karena hujan deras. Penumpangnya hanya 3 orang dan sang sopir menyetel lagu-lagu tembang kenangan, nostalgia jadinya. Memandangi ruang kosong yang amat luas, jadi teringat suka duka naik angkot di masa sekolah dulu. Mungkin beberapa pembaca disini merasakan hal yang sama. Ada beberapa hal yang ngangenin dan nyebelin dari angkot. 1. Sensasi  "75" Sensasi menaiki angkot kala itu adalah dempet-dempetan dan kalimat, "ayo geser...geser...tujuh lima..tujuh lima..". Bagi anak-anak sekarang mungkin sudah tidak paham makna kalimat tersebut karena sudah lebih banyak naik kendaraan menggunakan aplikasi online. Termasuk saya juga sangat terhitung berapa kali naik angkot selama 1 tahun kebelakang in

Bagaimana Jika

Manusia pasti punya rencana yang terjadwal maupun hanya berupa khayalan. Sesuatu yang terjadwal tidak akan terealisasi jika pelaksanaannya hanya khayalan, sedangkan khayalan bisa terealisasi jika pada akhirnya dijadwalkan. Semua rencana pasti ada jalannya,  sudah ada yang menetapkan. Sematang apapun rencana dan persiapan kita, jika Alloh belum mengijinkan, maka gagal lah rencana itu. Tema kali ini memaksa untuk menuliskan kalimat "bagaimana jika" yang kebetulan sedang mengisi ruang pikir beberapa hari kebelakang. Tidak akan dituliskan disini karena sifatnya masih rahasia. Rahasia saya dan DIA. Masih dipertimbangkan dengan matang dan menunggu DIA mengetok palu. Jadi sampai waktu itu tiba, 5 pertanyaan bagaimana jika: 1. ..... 2. ..... 3. ..... 4. ..... 5. ..... Akan terus mengisi ruang pikir di kepala yang akhirnya terhubung ke hati. Biarlah waktu yang menjawab 5 pertanyaan diatas. Lalu, bagaimana jika...... (Ah biar saya dan DIA yang tahu) @30hariberce

Becak

Kejadian hari ini memaksa saya untuk menaiki kendaraan roda 3 yang sudah jarang keberadaannya. Awal mulanya, saya bermaksud menuju Kiaracondong dari Setiabudhi Bandung. Jika menaiki ojol, saya split 2x karena jaraknya cukup jauh. Sangat sulit dapat ojol yang mau pick up dengan jarak sejauh itu (tarif 27 ribu). Jadi saya order dulu sampai RRI Bandung di Supratman, lalu lanjut order lagi sampai Kiaracondong. Hari ini kejadiannya lain, di perjalanan menaiki ojol sudah mulai gerimis. Mendekati titik tujuan hujan semakin besar, jadi saya putuskan untuk menaiki taxi online. Namun sulit sekali dapat driver yang pick up. Akhirnya saya menaiki angkot Riung Bandung. Di perjalanan hujan semakin deras, petir menyambar-nyambar, jalanan banjir, dan pandangan menjadi gelap. Penumpang angkot hanya ada 3 orang dan air hujan pun masuk ke dalam angkot. Saya hanya bisa berdo'a agar hujan cepat reda karena perjalanan saya masih cukup jauh. Sesampainya di titik tujuan, hujan masih belum reda

Jalan Pulang

Hari ini adalah tanggal kelahiran Guru Besar dan Pendiri Perisai Diri, Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo. Namun hari ini, kabar duka atas kepergian Pendekar Historis Perisai Diri, Bapak Arnowo Adjie pun datang. Para Pendekar Historis satu persatu pulang.  Teringat saat almarhum Bapak Bambang Soekotjo (Max Noll) berpulang di tahun 2017. Rasa kehilangannya sulit terobati, hingga saat ini masih terus merasa kehilangan. Seringkali terpikir, "Andai saja bapak masih ada, maka......." (banyak pikiran berkecamuk, banyak harapan yang belum tersampaikan). Jalan pulang seseorang sudah ditetapkan oleh-Nya. Sekitar 2 minggu yang lalu, almarhum Mas Owo hadir dalam event Kejurnas Pelajar Perisai Diri di Bandung bersama beberapa Pendekar Historis lainnya. Begitu banyak orang yang berbincang dan berfoto dengan beliau. Kami merasa bangga pak, bangga bertemu dengan bapak, bangga mendengar berbagai cerita bapak, bangga menjadi bagian dari keluarga yang juga dibesarkan oleh bapak. Namun

Tampak Diam, Namun Bergerak Pasti

Jika melihat ke arah kalender, dia diam. Apalagi kalender yang terpasang di dinding, akan diam selama satu tahun di tempat yang sama sampai habisnya bulan Desember. Tanggal kelahiran, tanggal ujian, tanggal kelulusan, tanggal pertama kali masuk sekolah, tanggal liburan, tanggal kecelakaan, tanggal kecopetan, tanggal pernikahan, tanggal gajian, tanggal jatuh tempo hutang, tanggal deadline sebuah pekerjaan, tanggal kematian, dan lain sebagainya seringkali diingat melalui kalender. Kalender selalu mengikuti suka duka kita. Dia diam, namun selalu mengikuti keseharian, mengingatkan jadwal, mengajarkan hidup hemat di akhir bulan dan menjadi saksi kehidupan kita dari lahir hingga menghembuskan napas terakhir. Dia diam, namun sesungguhnya bergerak. Bergerak dengan perlahan namun pasti dan tepat waktu. Bergerak maju dan penuh harapan. Pantang baginya untuk mundur lagi. Karena dengan mundur, artinya dia akan membuang banyak waktu. Melihat kalender,  tahunnya sudah menginjak angka

Masa SMP

Masa SMP...masa dimana saya pertama kali mengenal silat. Masa SMP...masa dimana hari Minggu adalah yang paling dinanti karena setelah berlatih silat, bisa mampir ke BIP walau hanya sekadar menonton orang yang bermain di Game Master. Masa SMP...masa dimana "dunia silat" itu sederhana. Hanya cukup berlatih, berkeringat, ikut ujian kenaikan tingkat dan kejuaraan. Masa SMP...masa dimana memar di tangan dan kaki setelah berlatih adalah sebuah kebanggaan. Masa SMP...masa dimana kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan bersama. Masa SMP telah berlalu. Berlalu begitu jauh dan tak mungkin kembali. Masa sekarang, semua tak sesederhana dan semudah masa SMP. Kalau dulu menjadi beban, sekarang memikul beban. Kalau dulu tak peduli bukan masalah, sekarang tak peduli jadi masalah. Kalau dulu hanya ingin didena Masa berganti...namun perjalan tetap harus dilalui bagaimanapun terjalnya. Sekarang saya memiliki adik-adik silat SMP yang mungkin kelak akan merasakan sep

Keluarga Cemara

Pertama kali menonton serial Keluarga Cemara saat masih SD. Dulu yang saya tahu ceritanya seru, tapi belum bisa mengambil hikmah dari serialnya secara serius. Hari ini saya menonton Keluarga Cemara versi movie bersama keluarga. Awalnya ingin membuat review film, tapi sepertinya sudah banyak. Jadi dibuatlah kesimpulan dan beberapa pesan moral dari film Keluarga Cemara yang hari ini saya tonton bersama keluarga. Diantaranya: 1. Harus siap gagal disaat sukses. 2. Harus siap miskin disaat kaya. 3. Janganlah terlalu percaya kepada orang lain sekalipun orang terdekat. 4. Janganlah terburu-buru dalam mengambil keputusan. 5. Meminta maaflah disaat berbuat salah. 6. Ajarkan anak-anak untuk bisa memahami kondisi keluarga, sekalipun itu sulit. 7. Selektiflah saat memenuhi keinginan anak. 8. Berbuat baiklah terhadap sesama tanpa pamrih, karena balasannya bisa dirasakan juga oleh anak cucu kita kelak. 9. Semangat setia kawan dan saling menolong. 10. Carilah teman sebanyak-banyaknya
Berawal dari selesainya sebuah misi penting.... Setelah misi itu berakhir, kami menikmati soto betawi dan es jeruk di kantin. Tanpa terasa, waktu sudah semakin siang dan kami lupa belum mendapat tiket pulang. Bergegaslah kami mencari agen travel terdekat yang terdapat di sebuah mall. Sesampainya di sana, tiket pemberangkatan tercepat pukul 17.30, sedangkan waktu masih menunjukan pukul 14.00. Kami berusaha mencari pemberangkatan yang lebih siang karena khawatir sampai Bandung terlalu malam. Keluarlah kami dari mall tersebut dan melangkah tanpa arah yang jelas. Gedung-gedung tinggi di sekeliling kami seakan menyesatkan. Bertanya arah jalan menuju sebuah tempat yang kami hapal krpa kepada 3 orang yang kami temui malah membuat kami bingung. Jawabanya tidak ada yang sama. Akhirnya kami hanya berjalan berputar-putar di area tersebut. Bagaikan anak hilang. Kaki semakin berat dan teriknya matahari membuat tenggorokan seakan kering kerontang. Duduklah kami di bawah pohon rindang sambil

CUCIAN DEH LU...

Setelah beberapa bulan kebelakang jadwal IRT amburadul, maka minggu ini mulai kembali menghadapi realita hidup yaitu bergulat dengan cucian. Niat nonton, inget cucian...niat rebahan, inget cucian...niat males-malesan...inget cucian. Duh gustiiii...gini nih kalau diem di rumah. Cucian selalu menghantuiku..👻👻👻. Baiklah...mulai mengumpulkan semangat untuk mencuci. Karena tiap lewat yang namanya cucian, mereka dadah-dadah gitu deeh...👋👋 nyebeliiin banget. Jadwal pagi masih kosong dan niat mencuci sudah di ubun-ubun. Bergegas mengambil sabun cuci. Eeh dia habis doooong....cuciaaaaan deh luuuu....😌😌. Akhirnya dengan muka kucel karena belum dicuci, berlarilah ke warung membeli sabun cuci rentengan. Next... Eksekusiiiiii. Wooow..ternyata volume cucian ada 3 ember lebih...cuciaaaan deh luuu....😂😂😂 Okeh...tugas mencuci sudah usai. Namun melihat volume cucian yang begitu banyak dan nengok tumpukan baju bersih yang belum disetrika setinggi Gunung Mahameru. Perjuangan akan be

Lisa and Blackpink

Tadinya mau menuliskan hal lain yang sebelumnya telah direncanakan. Namun saat membuka IG, ada hal lain yang tampaknya janggal. Kok jadi banyak gambar blackpink betebaran. Saya suka sih dengar lagunya blackpink. Itupun awalnya gara-gara ga sengaja sering denger aja.  Kalau sampai ngefans dan follow akunnya blackpink sih engga. Setelah ditelusuri, ada 3 akun blackpink yang saya follow😂😂. Dududududu...aye aye..🎵🎵 Ah...sudah dipastikan ini ulah bocil yang belakangan ini lagi senang-senangnya menyimak tentang blackpink, sampai mereka juga hapal nama-nama personilnya. Beberapa kali duo bocils menyita HP emak diam-diam. Saat belum terkunci, berselancarlah di IG dan mencari clue blackpink. Jadi ingat cerita menggelitik di 1 Januari 2019. Bocah paling kecil jadi ga mau diperiksa rambutnya dari serangan kutu rambut dan "lisa" (lisa adalah sebutan telur kutu rambut dalam bahasa sunda). Saat emaknya pegang rambut dan mengatakan akan mencari lisa, dia langsung menjawab , "

Jangan Mau Jadi Pemimpin Jika Tidak Siap Disalahkan

Belakangan, kritik terhadap pemimpin sangat banyak terdengar. Kritik terhadap pemimpin nasional, pemimpin partai,  pemimpin organisasi, pemimpin sebuah lembaga, sampai pemimpin dalam kelompok kecil pun terdengar merajalela. Ujung-ujungnya bukan hanya kritikan, tapi berupa aktivitas menyalahkan. Kalau saya menangkap kriktik itu berupa upaya memberi koreksi dan masukan demi perbaikan dari sebuah kekurangan. Sedangkan menyalahkan merupakan tindakan yang cenderung menjatuhkan tanpa memberi solusi. Bisa terdengar dan terbaca dengan mudah mana yang bermaksud mengkritik atau menyalahkan. Media dan cara penyampaiannya pun biasanya berbeda. Orang yang mengkritik biasanya mengajak bicara langsung tanpa perantara. Jika di depan umum pun akan disampaikan secara baik-baik. Sedangkan aktivitas menyalahkan bisa dilakukan didepan umum dengan cara yang kurang baik. Aktivitas menyalahkan yang cukup meyeramkan adalah lewat media sosial. Baik dalam beranda maupun grup sebuah kelompok dalam media sosi

TAHU GEJROT (Bukan Judul Resep)

Tidak ada yang spesial dari liburan kali ini. Lebih banyak diisi dengan tidur, tidur dan tidur. Mungkin efek lelah jiwa raga semenjak 4 bulan kebelakang . Malam tahun baru pun dilalui dengan begitu senyap. Tidur selama "satu tahun" menjadi pilihan paling tepat. Terdengar sayup-sayup suara terompet dan kembang api, tapi tidak begitu mengganggu . Saat pagi menyapa, tersadar masih hari libur. Tapi pikiran menerawang jauh menghadapi hari esok dimana anak-anak akan kembali sekolah. Baju seragam belum disetrika dan peralatan sekolah belum diperiksa. Bayangan sulitnya membangunkan anak di pagi hari setelah sekian lama mereka bebas merdeka bangun siang pun datang. Ah beratnya menjadi emak.. . Belum lagi harus mulai menyesuaian diri dengan aktifitas normal pasca libur di situasi yang "baru". Ya..baru..karena sudah ada tanggung jawab yang dilepaskan namun ada tugas lain yang harus diselesaikan . Self healing sangat diperlukan saat ini. Membuang jauh-jauh hal yang t