Kejadian hari ini memaksa saya untuk menaiki kendaraan roda 3 yang sudah jarang keberadaannya.
Awal mulanya, saya bermaksud menuju Kiaracondong dari Setiabudhi Bandung. Jika menaiki ojol, saya split 2x karena jaraknya cukup jauh. Sangat sulit dapat ojol yang mau pick up dengan jarak sejauh itu (tarif 27 ribu). Jadi saya order dulu sampai RRI Bandung di Supratman, lalu lanjut order lagi sampai Kiaracondong.
Hari ini kejadiannya lain, di perjalanan menaiki ojol sudah mulai gerimis. Mendekati titik tujuan hujan semakin besar, jadi saya putuskan untuk menaiki taxi online. Namun sulit sekali dapat driver yang pick up. Akhirnya saya menaiki angkot Riung Bandung.
Di perjalanan hujan semakin deras, petir menyambar-nyambar, jalanan banjir, dan pandangan menjadi gelap. Penumpang angkot hanya ada 3 orang dan air hujan pun masuk ke dalam angkot. Saya hanya bisa berdo'a agar hujan cepat reda karena perjalanan saya masih cukup jauh.
Sesampainya di titik tujuan, hujan masih belum reda dan saya masih harus menempuh perjalanan dengan kendaraan lain. Melihat sekeliling, hanya becak yang lebih aman digunakan berhubung saya pun tidak membawa jas hujan kalau menggunakan ojek. Plastik bening di bagian depan menjadi pelindung yang khas dari becak. Jika tidak digunakan plastik tersebut digulung ke bagian atap becak. Pengayuh becak menggunakan jas hujan plastik bening yang juga sangat khas.
Setelah semua dipastikan aman, becak pun melaju. Saat menikmati perjalanan diiringi percikan air hujan, terlintaslah kenangan masa kecil. Dulu, saya sering naik becak bersama ibu kalau sedang liburan di rumah mbah di Jawa. Ah..ibu...tiba-tiba wajahmu melintas di plastik bening itu. Tersenyum dan seakan bertanya, "bagaimanakah kondisimu sekarang?". Saya pun menarik napas panjang sambil menjawab didalam hati, "Saya baik-baik saja bu, ibu bagaimana?". Ibu pun menjawab, "Ibu juga baik-baik saja. Tetap tegar dan kuat ya nak. Coba perhatikan becak yang kau naiki, dia tetap tegar dan kuat melaju walau harus bersaing dengan kendaraan lain yang lebih canggih".
Percakapan yang terjadi dalam hati itu pun buyar seketika saat pengayuh becak menanyakan akan turun di sebelah mana.
Terima kasih becak, berkat mu saya bisa "berbincang" dengan ibu. Bu..do'akan anakmu untuk tetap tegar di tengah berbagai aktifitas ini. Do'akan anakmu untuk tetap ikhlas menjalankan segala rencana-Nya. Suatu saat nanti kita akan berkumpul lagi bu.
Alfatihah...ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
@30haribercerita #30hbc10
Komentar
Posting Komentar