Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Terompet Oh Terompet

Akhir tahun, banyak terlihat penjual terompet di pinggir jalan. Memang sudah menjadi pemandangan bertahun-tahun dan seperti menjadi sebuah tradisi. Saya disini hanya ingin menyampaikan apa yang ada di otak. Tidak akan membahas pro kontra perihal terompet tersebut yang memang setiap tahun tidak ada habisnya. Terompet yang dijual tersebut setahu saya dibuat secara manual, tradisional, dan menggunakan tenaga manusia. Di setiap pembuatannya, ada bulir-bulir keringat dari para pembuatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dibuat dengan penuh kreatifitas menggunakan bahan-bahan yang sederhana. Saya pernah melihat seorang bapak membuat terompet sambil menunggu pelanggan di tambal ban. Begitu khusuk, teliti, dan hati-hati. Dalam setiap sentuhannya pasti berharap terompet itu laku terjual.  Saya adalah orang yang tidak pernah membeli terompet, apalagi khusus untuk perayaan acara tahun baru. Karena saya pikir juga tidak ada faedahnya. Namun saya juga begitu empati terhadap p

Hari Ibu, Sejarah dan Masa Kini

sumber:google.com Sejarah Hari Ibu di Indonesia Pada masa pergerakan nasional, kaum wanita di Indonesia sudah memberikan kontribusi di bidang politik dengan munculnya organisasi-organisasi perempuan.    Gema Sumpah Pemuda dan lantunan lagu Indonesia Raya pada 28 Oktober 1928 yang digelorakan dalam kongres Pemuda II, menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa. Beberapa pidato yang dibacakan oleh tokoh-tokoh perempuan pada saat Kongres: •        "Pergerakan Kaoem Isteri, Perkawinan & Pertjeraian", oleh Ny. R.A. Soedirman (Poeteri Boedi Sedjati) •        "Deradjat Perempoean", oleh Ny. Siti Moendjijah (Aisjijah Djokjakarta) •        "Perkawinan Anak-Anak", oleh Saudari Moegaroemah (Poeteri Indonesia) •        "Kewadjiban & Tjita-Tji

Jendela Alam, Wahana Lengkap untuk Keluarga

Kali ini saya akan mereview tempat liburan di daerah Cihideung Bandung bernama Jendela Alam yang terletak di  Jln.Sersan Bajuri KM 4.5 Komplek Graha Puspa Lembang – Jawa Barat. Untuk menuju lokasi, sangat mudah. Saya kesana menggunakan ojek online. Hal tersebut karena saya berangkat menyusul. Jika naik ojek online dari kampus UPI, ongkosnya Rp. 8.000. Kami mengunjungi tempat ini pada hari Minggu, 3 Desember 2017 dan tidak direncanakan sama sekali. Awalnya hanya ingin nonton suami main bola di Football Plus yang lokasinya bersebrangan dengan Jendela Alam. Dari pada anak-anak bosan di lapangan, akhirnya saya inisiatif untuk mengajak mereka ke Jendela Alam. Mumpung dekat dan kalau liburan direncanakan selalu gagal total. Harga tiket masuk Jendela Alam adalah: Weekday :Rp.15.000 Weekend :Rp.20.000 Terhitung bayar tiket kalau tingginya 85 cm lebih ya. Nanti tiketnya akan dipasang di tangan seperti gelang. Tiket jangan hilang, karena saat n

Rapor Anak Adalah Rapor Orang Tua

Belum lama ini para pelajar di Indonesia baru saja menerima Laporan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik semester 1, kita singkat saja rapor. Rapor jaman sekarang berbeda dengan rapor jaman saya masih sekolah. Dulu isinya simple saja, hanya KKM dan nilai angka. Rapor sekarang, biasa juga disebut rapor kurnas, isinya berbeda dan lebih lengkap. Setiap siswa bisa mendapatkan 3 lembar rapor yang berisi kompetensi sikap serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Selain itu juga terdapat biodata siswa yang dilengkapi dengan berat dan tinggi badan, kondisi fisik, ektra kulikuler dan prestasi siswa. Penilaiannya terdiri dari mutu nilai angka, huruf dan deskripsi. Rangking siswa tidak tertulis di dalam rapor. Saya tahu bagaimana luar biasanya para guru menyelesaikan rapor ini. Jangankan guru kelas, guru mata pelajaran dan ekstra kulikuler pun harus bekerja sama untuk menyelesaikan rapor ini. Alhamdulillah saya mengalaminya. Penilaian secara deskriptif memb

Jagalah Jempolmu

Sumber gambar: www.google.com Masih ingatkah dengan pengertian moral dan etika? masih penting kah moral dan etika bagi bangsa ini? Sedikit mengingatkan, menurut kamus psikologi (Chaplin,2006), moral adalah akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Sedangkan pengertian etika dari beberapa literatur mengatakan bahwa etika adalah cabang dari filsafat yang mempelajari tentang pandangan dan persoalan yang berhubungan dengan masalah moral dan kesusialaan. Pengguna medsos kian hari kian membludak dari balita sampai manula (bahkan ada yang dibuatakan akun mulai dari bayi baru lahir). Kasus demi kasus di negeri ini, membuat pikiran penggiat medsos terlihat lebih variatif, terbuka bahkan terkadang sampai kebablasan. Hoax demi hoax bertebaran di medsos. Benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Sampai akhirnya terkadang tidak tahu mana yang salah dan mana yang benar. Opini publik bagaikan bola liar yang bisa

Hidup Itu Bagaikan Korsel

Ada yang pernah naik korsel? Bukan Korea Selatan lho ya... Korsel/carousel yang biasa disebut juga komidi putar.. Pasti banyak yang pernah naik korsel, terutama anak-anak. Kalau orang tua sih naik kalau terpaksa harus mendampingi. Korsel biasanya benda yang sangat menarik bagi anak-anak. Awal mula naik pasti menyenangkan. Tapi lama kelamaan memungkinkan membuat bosan. Korsel berputar, situasi di sekelilingnya relatif akan sama. Itu lagi..itu lagi yang terlihat. Pada akhirnya nilai kepuasan akan berkurang dan penumpang memilih untuk turun saja. Besoknya saat melihat lagi korsel tersebut, bisa saja tidak tertarik lagi. Tapi jika korsel tersebut dicat ulang dengan warna warni yang cerah. Bisa saja kita ingin mencoba lagi naik korsel tersebut, apalagi anak-anak. Apalagi ditambah iringan musik selama korsel berputar. Tentu akan lebih mengasyikkan lagi. Bentuk kuda pun biasanya mempengaruhi minat penumpang. Kuda yang lucu pasti akan lebih ban

Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui

Berhubung KBM sudah selesai, anak ini ga sekolah... Jadwal hari ini sebetulnya padet. Mulai dari nganter si bungsu ke daycare,  jadi kurir kirim barang, ngedrop paket ke ekspedisi pengiriman, lanjut jam 9.30 harus udah ngampus... Pagi bawa 2 gembolan dan 2 anak dengan masing-masing bawa 1 tas. Order ojol, motornya bebek...jd bocah jg ga ada yang mau di depan ( padahal kalau matic pasti rebutan). 1 gembolan  barang ditarih di depan, 1 gembolan dipangku, blm lagi tas bocah 2 dan tas emak yang kayak tempurung kura2 di belakang..rempong binti berat... Akhirnya minta tolong abang ojol buat mampir-mampir dalam perjalanan.. menuju daycare sambil mampir dari ekspedisi satu ke ekspedisi lainnya. Jadi nyampe daycare bawaan berkurang. Kalau ga gitu...ngampus bakalan "angkaribung"...mau ngampus apa gelar lapak?? Tadinya ke kampus cuma mau ngurus berkas dan bertapa di perpustakaan... tapi ternyata ada jadwal sidang. Duh sayang banget kalau dilewatkan...lumayan bisa nambah tab

Balada Emak Kuliah Lagi

Sejak lulus S1, rasanya beban hidup berkurang banyaaaak banget. Kala itu kalau ditawari kuliah lagi juga menolak mentah-mentah. Alasannya pengen rehat dulu, males mikir, males pusing. Kuliah 5 tahun itu rasanya yaa nano-nano. Padahal lebih banyak "maennya" sih dari pada kuliah..😁😁 Sampai akhirnya saya menikah dan punya anak. Saat anak pertama saya baru berusia sekitar 1 tahun, ada yang menawarkan kuliah lagi, pake beasiswa pula. Suami sudah mendukung, tapi saya nya masih maju mundur cantik. Kala itu ibu masih ada, jadi saya coba bicara dengan ibu terlebih dahulu karena nantinya akan terkait dengan pengasuhan anak. Akhirnya ibu tidak memberikan saya lampu hijau untuk kuliah. Ga masalah sih kalau saya. Karena memang kasian juga kalau nantinya malah membebani ibu. Selain itu juga pasti nambah beban pribadi. Saya merasa belum siap kuliah lagi dengan kondisi masih berstatus pegawai dan punya anak. Aaaah...kebayang banget rempongnya. Ga sangguuuuuup!! 😰😰