Kami diundang salah satu relawan untuk menampilkan Silat Perisai Diri di hadapan anak-anak yang mengikuti kegiatan di Rumah Belajar Sahaja Ciroyom.
Lalu saya bertanya, siapa mereka? Para pelajar kah?.
Sang relawan bercerita bahwa pesertanya adalah anak-anak di lingkungan Pasar Ciroyom yang biasanya menjadi kuli angkut, pengamen jalanan, dan yang jelas mereka tidak bersekolah. Beberapa anak yatim piatu. Usianya mulai dari 4 - 27 tahun. Mereka terbiasa "ngelem". Kondisi lingkungan membuat mereka seperti itu. Pabrik lem di pasar tersebut semakin menyulitkan mereka untuk berhenti dari kebiasaan buruknya.
Kegiatan dilakukan setiap Sabtu sore di parkiran atas Pasar Ciroyom. Menurut informasi yang didapatkan dari beberapa relawan yang menjadi mentor disana, Open Recruitment mentor dilakukan setahun sekali dan mereka berasal dari kalangan mahasiswa maupun umum. Dana operasional diperoleh dari donatur dan hasil danus.
Lalu saya tertarik mencari informasi
melalui internet. Diperoleh informasi bahwa Rumah Belajar SAHAJA Ciroyom merupakan sebuah rumah belajar yang didirikan untuk mendidik perilaku ‘anak jalanan’ agar menjadi lebih baik, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, mandiri, memperoleh pendidikan yang layak dan dapat diterima oleh masyarakat. Sungguh mulia.
Memang tidak mudah menjadi mereka, maupun membimbing mereka. Saat saya dan rekan-rekan Perisai Diri datang, mereka sedang bersiap untuk salat ashar, beberapa sedang "ngelem" sambil menyembunyikan kaleng lem dibalik baju, beberapa baru selesai mandi (jadi setiap Sabtu, saat "sekolah" akan dimulai, mereka harus mandi).
Saat diajak untuk mengikuti kegiatan silat, beberapa sangat antusias dan bercerita bahwa mereka juga pernah berlatih silat di pesantren. Ternyata, diantara mereka ada yang pernah dikirim ke pesantren namun tidak betah.
Saat rekan-rekan melakukan demonstrasi gerak, mereka sangat antusias. Lalu kami ajak mempraktikan gerakan teknik Perisai Diri, mereka dapat mengikutinya.
30 menit bersama mereka, membuat kami merasa prihatin. Di Kota Bandung yang kami cintai ini, ada sisi kehidupan yang tidak pernah terjamah dan membutuhkan perhatian. Mungkin selama ini kami kurang peka, hanya mengedepankan prestasi gelanggang semata. Padahal melalui silat, kami harus menjalin silaturahmi dengan siapapun agar menjadi pesilat yang memiliki jiwa sosial tinggi.
Lihatlah sekelilingmu lebih dekat. Maka, akan ditemui gelanggang lain yang lebih "menantang".
#30haribercerita
#30hbc2019
@30haribercerita
Komentar
Posting Komentar