Kenaikan iuran BPJS di awal tahun 2020 menyebabkan kehebohan di dunia nyata maupun dunia maya. Responnya sangatlah beragam, ada yang mengeluh, kaget, sedih, kecewa, menghujat, membela, serta respon lain yang kadang bikin ngelus dada atau hanya nyengir kuda.
Saya berusaha untuk menahan diri untuk tidak merespon secara berlebihan karena saya pribadi (beserta keluarga) mendapat manfaat dari keikutsertaan BPJS kesehatan ini. Harapannya selalu ingin sehat, tapi dikala ada kejadian di luar kehendak kita terkait masalah kesehatan, BPJS sangat membantu.
Memang sih walau sudah tahu awal tahun akan ada kenaikan 100%, saat bayar kok rasanya nyesek banget 😀. Naiknya 200 ribu gitu lho. Tapi dari pada ngedumel, misuh-misuh dan ngeluh, lebih baik cari solusi dong. Baca berita, banyak info yang menyarankan untuk turun kelas BPJS Kesehatan jika merasa keberatan dalam pembayaran di tarif yang baru. Bahkan saran tersebut disampaikan oleh pemerintah.
Tenang, semua ada solusinya. Berikut adalah persyaratan utamanya:
- Berlaku bagi peserta yang telah terdaftar sebelum 1 Januari 2020.
- Kelas perawatan dapat turun dua tingkat dari kelas perawatan sebelumnya. Misalnya dari kelas 1 ke kelas 3.
- Kesempatan untuk perubahan atau penurunan kelas perawatan diberikan satu kali dalam periode 9 Desember 2019 sampai dengan 30 April 2020.
- Diberlakukan untuk 1 keluarga bagi yang sudah terdaftar.
- Peserta yang menunggak iuran tetap dapat mengajukan turun kelas. Namun, status kepesertaan masih tidak aktif sampai tunggakan iuran dibayarkan.
Perubahan kelas ini juga bisa dilakukan secara online maupun offline. Awalnya saya mencoba melakukan perubahan secara online melalui Aplikasi JKN, tetapi selalu gagal. Akhirnya pakai cara offline saja, "ngingkig" ke kantor Cabang (kalau BPJS Cabang Bandung lokasinya di Jl. PH.H.Mustopa, dekat perempatan Cikutra).
Saya hanya mau berbagi pengalaman mengenai proses yang dilalui di kantor BPJS Kesehatan Cabang Bandung. Tahapannya adalah sebagai berikut:
- Saat masuk ke kantor BPJS, petugas akan mengarahkan ke bagian Pengecekan Berkas dan Pengisian Ceklis. Di tempat tersebut antreannya cukup panjang, namun tenang saja, tidak semua mengurusi perpindahan kelas kok (ada yang pindah faskes, buat baru, ganti rekening, dsb). Selanjutnya petugas akan menanyakan tujuan kita, memberikan penjelasan mengenai formulir pengajuan serta menceklist bagian mana saja yang harus diisi sesuai peruntukannya. Petugas juga akan menuliskan loket mana yang harus dituju setelah mengisi formulir.
- Saya diarahkan menuju ruang pengisian formulir. Bagian formulir yang diisi untuk turun kelas hanya nomor KK dan kelas tujuan terbaru (1 menit juga kelar nulisnya). Saya turun dari kelas I ke kelas III, jadi hanya diceklis saja kelas III nya.
- Lalu untuk memastikan apakah perlu mengambil nomor antrean, saya mendatangi petugas dekat ruang pengisian formulir. Ternyata kalau untuk turun kelas kita ga usah pakai nomor antrean. Langsung saja menuju loket 1 (paling ujung). Kita tinggal duduk saja di kursi hijau. Customer yang pertama datang akan duduk paling depan, sedangkan yang terakhir datang duduk paling belakang. Jadi akan bergeser dari kursi terakhir paling belakang ke kursi ke kursi pertama paling depan.
- Di loket 1 petugas menyapa dengan sangat ramah lalu meminta formulir yang sudah diisi beserta foto copy Kartu Keluarga sebagai lampiran. Syarat untuk pindah kelas hanya melampirkan foto copy Kartu Keluarga dan menunjukan KTP/Kartu BPJS.
- Setelah proses selesai, petugas menginformasikan bahwa perpindahan kelas (jika suatu saat ingin naik kelas lagi) dapat dilakukan pada tahun 2021, dengan kata lain baru bisa dilakukan setelah 1 tahun menempati kelas yang baru. Tarif baru akan berlaku di bulan berikutnya.
- Akhir kata, petugas menyampaikan kata-kata yang baik berupa do'a agar saya dan keluarga senantiasa diberi kesehatan.
Jagalah kesehatan dengan pola hidup yang seimbang antara makanan, aktifitas sehari-hari, rekreasi dan berolah raga. Jangan lupa juga untuk selalu berdo'a agar Alloh menjauhkan kita dari segala penyakit.
Ada yang bilang, penyakit itu 90% berasal dari pikiran, 10% lagi dari pola makanan. Naah, artinya kita harus bisa menjaga pikiran kita (positive thinking) agar hidup kita bahagia. Kalau sudah bahagia, Insya Alloh penyakit juga enggan menyapa.
#cikiciiiww!
#30hbc2015
#30haribercerita
Komentar
Posting Komentar